Bupati Kubu Raya, Sujiwo turun langsung ke lokasi karhutla yang ada di Desa Limbung. Foto : Rabiansyah/Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kembali terjadi di Kabupaten Kubu Raya, tepatnya di Jalan Arteri Supadio, Wonodadi 2, Gang Pendidikan no.1, Desa Limbung. Menindaklanjuti hal tersebut, Bupati Kubu Raya, Sujiwo bersama dengan BPBD Kubu Raya meninjau langsung lokasi karhutla.
"Kami langsung melihat kondisi di lahan kebakaran, kami hanya memastikan BPBD dan Manggala Agni yang siap memadamkan api di lokasi kebakaran. Saya akan memberikan atensi yang sangat besar maka kita harus pastikan kelengkapan, peralatan harus benar-benar sudah siap," katanya langsung saat meninjau lokasi karhutla, Senin, 26 Mei 2025.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) akan melihat siapa pemilik lahan dan akan memberikan arahan, di mana lokasi tersebut sering kali terbakar setiap musim panas di Kalbar.
"Ini setiap tahun areanya tidak jauh dari sini saja ini, setiap tahun ini sekitar ini saja yang sering dan pada saat saya lewat masuk di kanan kiri jalan masyarakat memang ada dibatasi pagar seng," tambahnya.
Ia meminta kepada pihak yang berwenang agar dapat menindak tegas terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan.
"Memang mereka sengaja membakar, memang ada pembatasnya, tapi kalau susah seperti ini siapa yang bertanggung jawab, gak ada yang bisa menjamin. Saya juga meminta kepada masyarakat agar dapat bekerja sama terkait meminimalisirkan kebakaran lahan," jelasnya.
Setelah memadamkan api, Sujiwo pun langsung makan bersama dengan relawan yang sudah turut memadamkan api tersebut.
"Walaupun belum padam total, kita makan dulu dan saya pastikan, walaupun fisik saya tidak hadir tapi insyaallah saya kirim makanan buat rekan dilapangan supaya teman-teman tetap semangat," ujarnya.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Herry Purwoko mengucapkan terima kasih atas kunjungan Bupati yang meninjau langsung rekan di lapangan yang berjibaku memadamkan api yang berkobar di lahan.
"Untuk luas belum kita tentukan, untuk kendala sementara belum begitu ada karena sumber air di lapangan masih cukup tersedia, tapi untuk alat yang digunakan nantinya perlu pembaruan dari pemerintah terkait agar dapat memaksimalkan proses di lapangan," tutupnya.
