Perempuan Afghanistan harus berjuang ditengah krisis kesetaraan gender yang lemah. AFP/Abdul Majeed
UN Women merilis Laporan Indeks Gender Afghanistan 2024 yang menilai upaya pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di negara tersebut. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan dua indikator utama: Indeks Pemberdayaan Perempuan (WEI) dan Indeks Paritas Gender Global (GGPI).
Berdasarkan laporan tersebut, skor GGPI Afghanistan tercatat hanya 0,237. Artinya, perempuan di negara tersebut baru mencapai 23,7 persen dari capaian laki-laki dalam dimensi pembangunan manusia seperti kesehatan, pendidikan, inklusi keuangan, dan pengambilan keputusan.
Angka ini jauh di bawah rata-rata global yang mencapai 0,721. Kondisi tersebut menunjukkan kesenjangan gender yang sangat lebar di Afghanistan yaitu mencapai 76,3 persen, membuat Afghanistan menempati posisi kedua kesetaraan gender terburuk di dunia.
Krisis Kesetaraan Gender di Afghanistan
Krisis ketimpangan gender sudah berakar sebelum Taliban mengambil kuasa atas negara ini. AFP/Sanaullah Seiam
Menurut Sofia Calltorp, Kepala Aksi Kemanusiaan UN Women, ketimpangan ini bukan semata akibat jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban. "Masalah ketidaksetaraan gender di Afghanistan tidak dimulai dengan Taliban. Diskriminasi ini sudah mengakar," ujarnya, dikutip dari UN News.
Bahkan tak ada perempuan yang menduduki jabatan di struktur pemerintahan. Hal ini mengakibatkan suara mereka tak terdengar dalam pengambilan keputusan yang membantu mereka mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Partisipasi Perempuan di Dunia Kerja
Perempuan Afghanistan berjuang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup lewat pekerjaan sampingan. AFP/ Atif Aryan
Partisipasi perempuan Afghanistan dalam dunia kerja juga sangat timpang. Hanya 24 persen perempuan yang terlibat dalam angkatan kerja, dibandingkan dengan 89 persen laki-laki. Bahkan hingga akhir 2022, tingkat partisipasi kerja perempuan turun 25 persen, sementara partisipasi kerja laki-laki hanya turun 7 persen pada periode yang sama.
Banyak perempuan terpaksa menerima pekerjaan sampingan dengan upah rendah, demi menyambung hidup. Sima Bahous, Direktur Eksekutif UN Women, menegaskan bahwa kondisi ini mencerminkan potensi besar yang terabaikan. "Sumber daya terbesar Afghanistan adalah perempuan dan anak-anak perempuannya. Potensi mereka masih belum dimanfaatkan," ujarnya.
Semangat Perempuan Afghanistan untuk Terus Meraih Masa Depan
Meskipun di tenghan krisis kesetaraan gender, perempuan Afghanistan berjuang untuk meraih kehidupan yang layak. AFP/Mohammad Faisal Naweed
Di tengah keterbatasan akses dan tekanan sosial-politik, perempuan Afghanistan masih terus berjuang. Mereka tetap mencari jalan untuk menjalankan usaha kecil, bekerja, dan memperjuangkan hak-hak dasar mereka.
"Perempuan Afghanistan terus mencari cara untuk menjalankan bisnis dan memperjuangkan hak-hak mereka dan hak semua warga Afghanistan. Keberanian dan ketahanan mereka telah ada selama beberapa generasi," ucap Sofia.