Saat ini, beranda media sosial tengah diramaikan dengan tren makeup Cleopatra. Para beauty vlogger menunjukkan kreativitas mereka dengan tampilan bold yang terinspirasi dari sosok sang ratu Mesir.
Mulai dari Tasya Farasya, Farra Jaidi, hingga banyak kreator lainnya turut unjuk gigi dalam menghidupkan kembali gaya makeup ikonik tersebut. Namun, di balik tren ini, tersimpan kisah sejarah yang jauh lebih besar.
Seperti apa sebenarnya sosok Cleopatra? Simak rangkuman kisahnya berikut ini, khusus dari kumparanWOMAN.
Siapa Sebenarnya Sosok Cleopatra?
Patung Cleopatra VII dari koleksi di The British Museum, Inggris, pada 2001 lalu. Foto: Adrian Dennis/AFP
Cleopatra VII Philopator lahir pada tahun 69 SM, sebagai anak dari Raja Ptolemeus XII Auletes. Meski hidup lebih dari dua ribu tahun yang lalu, kisahnya tetap abadi dan menarik perhatian dunia hingga kini.
Banyak orang mengenalnya karena kecantikannya, namun Cleopatra adalah lebih dari itu. Ia adalah seorang pemimpin perempuan yang cerdas, fasih dalam berbagai bahasa, dan ahli dalam diplomasi serta strategi politik.
Perjalanan Menjadi Ratu yang Tidak Mudah
Legenda ritual kecantikan Cleopatra. Foto: Wikimedia Commons
Ladies, perjalanan Cleopatra tidaklah mudah. Di usia 18 tahun, ketika sebagian dari kita mungkin masih mencari jati diri, Cleopatra sudah harus menghadapi perebutan kekuasaan di tengah keluarga bangsawan.
Dilansir National Geographic, setelah sang ayah, Ptolemeus XII, wafat, Cleopatra ditunjuk memerintah bersama adiknya, Ptolemeus XIII, sekaligus menikahinya sesuai tradisi Mesir. Namun, kekuasaan selalu melahirkan konflik. Sang adik berambisi menjadi penguasa tunggal, dan Cleopatra pun dipaksa meninggalkan istana serta hidup dalam pengasingan.
Namun, di tengah keterpurukan, Cleopatra tak menyerah. Ia tahu bahwa untuk bisa kembali berkuasa, ia butuh kekuatan yang lebih besar. Maka ia pun mendekati Julius Caesar, jenderal Romawi yang berambisi besar. Hubungan mereka bukan hanya kisah cinta, tapi juga strategi. Cleopatra memikat Caesar dengan pesonanya, tetapi juga menunjukkan kecerdasan dan visi politiknya.
Dengan bantuan Caesar, Cleopatra berhasil merebut kembali tahtanya. Ia kembali memimpin Mesir, kali ini dengan penuh kekuasaan dan wibawa. Ia bahkan melahirkan seorang putra bernama Caesarion, yang dipercaya sebagai anak Julius Caesar.
Kehebatan Cleopatra Saat Memimpin
Cleopatra. Foto: IMDb
Tak bisa disangkal, Cleopatra adalah sosok pemimpin perempuan yang visioner. Dikutip dari The Christian Science Monitor, sejarawan Duane Roller yang meneliti kehidupan Cleopatra secara mendalam, menggambarkannya sebagai pemimpin yang mengambil keputusan bukan karena ambisi pribadi, melainkan demi kepentingan terbaik rakyat dan masa depan Mesir. Ia dikenal strategis, cerdas, dan fokus memperluas wilayah kekuasaan, memperkuat stabilitas negara, serta menjamin warisan yang kuat bagi generasi penerusnya.
Berbeda dari narasi lama yang menggambarkannya hanya sebagai wanita penggoda, Duane justru menegaskan bahwa Cleopatra adalah sosok pemimpin yang rasional dan penuh perhitungan. Tidak ditemukan bukti bahwa ia menggunakan relasi cintanya semata untuk kepentingan pribadi.
Alih-alih haus ketenaran atau kekayaan, Cleopatra menjalin aliansi politik untuk melindungi Mesir dari ancaman luar. Ia menggunakan kecerdasan, pendidikan, dan kemampuannya dalam diplomasi sebagai senjata utama, bukan sekadar daya tarik fisik.
Omongan Buruk Ketika Cleopatra Meninggal
Cleopatra. Foto: IMDb
Setelah Cleopatra wafat, Romawi sengaja mencemarkan namanya untuk melemahkan citra perempuan pemimpin yang berani melawan. Mereka menyerangnya lewat gosip tentang kehidupan pribadinya, bukan kecerdasannya. Cara ini dipilih karena Cleopatra adalah ancaman besar sekaligus seorang perempuan.
Padahal menurut Duane, Cleopatra adalah penguasa cerdas yang menguasai banyak bahasa dan menulis karya ilmiah. Ia menjadi korban salah satu kampanye pencitraan negatif pertama dalam sejarah, bukti bahwa serangan terhadap perempuan berkuasa sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu.