Suasana pasar hewan di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Pasar Burung Barito, Jakarta Selatan, sore ini masih ramai. Burung-burung bercuit ramai dari balik kandang. Suaranya bersahutan dengan tanya-jawab antara pedagang dan pembeli, membentuk irama yang khas.
Namun kini, irama itu terancam berhenti. Wacana relokasi Pasar Burung Barito mencuat, membuat para pedagang yang sebagian telah berjualan puluhan tahun, resah dan khawatir harus memulai semuanya dari nol.
Dari Gerobak Bongkar Pasang hingga Menjadi Kios
Lardi (63), koordinator pedagang burung di Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Lardi (63), seorang pedagang burung sekaligus koordinator di pasar ini, ingat betul awal mula pasar ini berdiri. Bukan dalam bangunan permanen seperti sekarang, melainkan hanya barisan gerobak yang setiap hari harus dibongkar pasang.
"Kalau di sini dari tahun 1979. Sejarahnya Pasar Barito dulu tuh tahun 1979 belum ada kios. Masih pakai gerobakan, bongkar pasang. Pagi pasang, sore bongkar bawa pulang," kenangnya.
Lardi melanjutkan, kios-kios lalu dibangun dan dijual seharga Rp 125 ribu. Ia menyebut inilah titik awal perubahan wajah Pasar Barito yang mulai rapi seperti sekarang.
Suasana pasar hewan di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
"Nah, itu dibangun, jadi sekian kios. Siapa yang mau beli kios, ya itu dipersilakan artinya. Waktu itu, per kiosnya harganya Rp 125 ribu. Itu dibayar 4 kali," jelas Lardi.
"Pertama Rp 50 ribu, sisanya Rp 75 ribu dicicil 3 bulan. Jadilah kios. Sampai sekarang ini, cuman udah direnov ini tahun 2023 kemarin. 2023 direnov, ya sampai sekarang ini," sambungnya.
Ia sendiri masih menjajakan burung-burung impor sampai sekarang. Sejak tahun 2018, ia dipercaya sebagai koordinator pedagang setelah pendahulunya wafat pada 2021.
Burung, Makanan Hewan, dan Pelanggan dari Luar Negeri
Deri (29), pedagang makanan hewan di Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Lardi bukan satu-satunya penjaga sejarah di Barito. Deri (29), pedagang generasi kedua, meneruskan usaha keluarganya sejak lulus sekolah tahun 2013. Orang tuanya sudah lebih dulu berjualan di sini sejak 1985.
"Saya di Pasar Barito itu sudah ada di generasi kedua ya, sebelumnya orang tua saya dari tahun 1985," kata Deri.
"Saya di sini menjual beberapa makanan hewan ya, terutama makanan kucing, makanan burung, makanan hewan," tambahnya.
Sementara itu, Deni (32), pedagang burung impor, menyebut pasar ini punya reputasi hingga ke luar negeri. Pelanggannya datang tak hanya dari Jakarta, tapi juga dari Surabaya, Bali, bahkan Malaysia dan Brunei.
Deni (32), pedagang burung di Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
"Langganannya udah luar kota, bahkan mancanegara juga. Orang Malaysia, orang Brunei, tadi kemarin juga WA suruh ngirimin burung. Sudah, apa ya, ya udah pada tahu lah. Banyak yang tahu lah Barito ini gitu, pasar burung gitu lho," jelasnya.
Ia menambahkan, burung yang dijual sudah melalui jalur legal dan sebagian besar hasil penangkaran.
"Kalau impor kan, burung-burung impor kan legal Mba. Kalau yang nggak kan yang burung lokal, itu harus sertifikat. Cuma kalau impor mah, kan banyak diternak di sini, jadi aman sih," lugasnya.
Setelah Revitalisasi, Sebelum Relokasi
Suasana pasar hewan di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Pasar Barito sempat direvitalisasi dan selesai pada tahun 2023. Kondisi pasar memang jauh lebih baik, namun para pedagang justru menanggung beban berat. Selama proses revitalisasi, mereka tidak bisa berdagang, modal ludes, hingga hutang bank yang belum lunas.
"Waktu itu habis direnov tuh kan kita libur ada 6 bulan ya, kurang lebih 6 bulan. Jadi buat modal lagi waktu itu. Jadi ya banyak yang belum lunas," tutur Lardi.
Tak heran jika kabar relokasi membuat mereka gelisah. Sebagian besar pedagang menolak atau berharap penundaan, sebab mereka merasa belum siap secara finansial dan relokasi bisa membuat pelanggan menjauh.
Suasana pasar hewan di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (7/7/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
"Kalau bisa, misalnya, atau nanti direlokasi, ya saya berharap ya ditunda dulu 2 atau 3 tahun. Masalahnya teman-teman pedagang sini banyak yang masih punya pinjaman bank," ujarnya.
Deni pun menyebut bahwa relokasi bisa berdampak lebih luas.
"Satu kios itu nggak cuma ngehidupin satu orang doang. Yang punya, itu punya anak buah, anak buah punya anak-anaknya," tutur Deni.
"Jadi dampaknya itu nggak cuma buat satu orang, nggak cuma buat satu keluarga. Karena itu kan ujung-ujungnya nanti banyak pengangguran," sambung dia.
Meski wacana relokasi sudah terdengar di kalangan pedagang, hingga kini belum ada surat resmi yang diberikan pemerintah. Semua informasi masih beredar dari mulut ke mulut, atau dari kunjungan instansi pemerintah yang sekadar membuka dialog.
Suasana pasar burung di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/7/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
"Sebetulnya kalau informasi yang resminya tuh belum ada, ya. Artinya tuh baru sekadar waktu itu dari Dinas UKM tuh ngasih info ke pengurus," ungkap Lardi.
"Kalau terus terang dari saya pribadi itu mendapatkan informasi ya, dari kawan-kawan media," tambah Deri.
Di tengah persoalan relokasi, para pedagang tetap membuka kios, memberi makan burung-burung yang sejak lama menjadi denyut kehidupan di Jalan Barito.
Mereka sadar tak bisa hanya berharap, tapi juga tak ingin kehilangan tempat yang telah mereka jejaki puluhan tahun.
"Ya harapannya sih, jangan jadi sih ya," ucap Deni pelan.
"Harapannya kan juga, buat pemerintahan sekarang kan dipertimbangkan lagi. Dicari kenapa dari kemarin istilahnya Barito itu bisa bertahan, kan gitu lho. Jadi diambil nilai plusnya lah," ujarnya.
Suasana pasar burung di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/7/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Barito bagi mereka bukan hanya sekumpulan kios atau tempat jual beli. Ini adalah ruang sosial, ruang bertahan hidup, dan ruang tumbuh lintas generasi. Seperti kata Deri.
"Kami ya hanya berharap ada langkah yang benar-benar bisa membuat kami itu, para pedagang itu, harapan ya, terutama itu lebih baik lah," ungkapnya.
"Terutama untuk masalah kelancaran bisnis, penjualan, omset. Semoga ada kenaikan yang mungkin lebih signifikan dari pasar ini sendiri," lanjut Deri.
Lardi, mewakili para pedagang, juga menginginkan relokasi ini tidak terjadi. Kalau pun harus, ia berharap pelaksanaannya bisa ditunda.
"Sebagai pengurus, mewakili teman-teman, berharap. Kalau misalnya tuh direlokasi, ya kalau bisa ditunda dulu," tuturnya.
Direlokasi ke Jagakarsa
Suasana pasar burung di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/7/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Camat Kebayoran Baru, Achmad Basyaruddin mengatakan, mereka direncanakan untuk direlokasi ke wilayah Jagakarsa yang juga masih dalam wilayah Jakarta Selatan.
"Untuk (pedagang) hewan (direlokasi) di wilayah Jagakarsa," kata Abbas--sapaan akrabnya--saat dihubungi kumparan, Minggu (6/7).
Katanya, mereka akan direlokasi ke sebuah lahan pertamanan yang berada di dekat Stasiun Kereta Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
"Hasil peninjauan lokasi oleh tim kota, ada di lahan aset pertamanan di Jalan Raya Lenteng Agung sisi timur Stasiun Lenteng Agung," jelasnya.
Menurut Abbas, sosialisasi kepada para pedagang akan dimulai dalam waktu dekat, setelah lokasi sudah pasti.
"Kita akan menjadwalkan (sosialisasi) dalam Minggu ini pak, setelah ada tempat untuk relokasi," ucapnya.
"Informasi awal sudah disampaikan kepada koordinator dan juga pedagang," tambahnya.