Apr 3rd 2024, 06:30, by Sinar Utami, kumparanBISNIS
PT Timah (Persero) Tbk (TINS) sedang menghadapi kasus korupsi di Kejaksaan Agung (Kejagung). Atas hal tersebut, perusahaan mengalami kerugian dan rasio utang yang meningkat.
Kejagung juga telah menetapkan dua tersangka yakni pengusaha Harvey Moeis dan crazy rich PIK Helena Lim dalam kasus korupsi tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tahun 2015-2023.
Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal, di depan Komisi VI DPR, mengaku merugi hingga Rp 450 triliun di tahu lalu. Perusahaan menyebut, pencapaian laba rugi perusahaan terjadi fluktuasi. Misal pada 2020 rugi bersih Rp 340 miliar, tahun 2021 untung Rp 1,3 triliun, tahun 2022 untung Rp 1 triliun, namun kembali rugi bersih Rp 450 miliar di 2023.
Namun, jika dilihat lebih dalam, PT Timah mencatat, penurunan pendapatan selama 3 tahun terakhir. Di mana, penurunan pendapatan yang konsisten terjadi dari Rp 14,6 triliun di tahun 2021, turun menjadi Rp 12,5 triliun di tahun 2022, dan anjlok lagi 33 persen menjadi Rp 8,3 triliun di 2023.
Pendapatan PT Timah Anjlok 3 Tahun Terakhir
Salah satunya imbasnya karena penurunan produksi timah perseroan. Ahmad menjelaskan, produksi bijih timah pada tahun 2023 hanya tercapai 14,85 ribu ton atau turun 26 persen dari tahun 2022 sebesar 20 ribu ton. Capaian tahun 2022 juga anjlok dari tahun 2021 sebesar 24,67 ribu ton.
"Tahun 2022 juga lebih rendah dibandingkan tahun 2021, jadi 3 tahun terakhir ini terus turun," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Selasa (2/4).
Sama halnya dengan produksi logam timah (ingot) pada tahun 2023 sebesar 15,3 ribu metrik ton, turun 23 persen dari 19,8 ribu metrik ton pada tahun 2022, yang juga mengalami penurunan dari produksi tahun 2021 sebesar 26,4 ribu metrik ton.
Dengan demikian, kata Ahmad, penjualan logam mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir, diperparah dengan harga jual rata-rata logam yang juga mengalami penurunan yang saat ini berada di level USD 26.500, sehingga berimbas pada pendapatan.
"Harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply," imbuhnya.
Rasio Utang PT Timah Melonjak di 2023
Tak hanya pendapatan, rasio utang kena bunga terhadap ekuitas (interest bearing debt to equity) perusahaan juga melonjak di tahun 2023.
Ahmad mengatakan, interest bearing debt perseroan mencapai Rp 3,5 triliun di tahun 2023, naik 26 persen dari tahun 2022 sebesar Rp 2,7 triliun.
"Karena ini mengalami kesulitan cash flow, jadi kita memperbesar pinjaman dan akibatnya juga kita mengalami peningkatan suku bunga dari kegiatan perbankan," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Selasa (2/4).
Ahmad melanjutkan, kenaikan interest bearing debt ini juga disebabkan anjloknya nilai aset dan ekuitas yang dimiliki PT Timah dalam 3 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan berkurangnya stok logam timah perusahaan.
Pada tahun 2021, PT Timah mencatat nilai aset mencapai Rp 14,6 triliun, sementara tahun 2022 turun menjadi Rp 13 triliun, lalu di tahun 2023 turun lagi menjadi Rp 12,85 triliun.