Namanya memang terdengar nyeleneh: Jangan Banci. Tapi jangan salah sangka, ini bukan plesetan, melainkan nama asli sebuah masakan tradisional khas Banyuwangi, tepatnya dari Desa Kemiren, kampung adat masyarakat Suku Using.
Di balik nama yang mengundang senyum, tersembunyi cita rasa yang kaya rempah dan sejarah panjang yang nyaris terlupakan. Tak banyak yang tahu, Jangan Banci adalah masakan berbahan dasar daun belimbing, yang direbus, ditumbuk, dan diperas agar hilang rasa sepatnya.
Daunnya kemudian dimasak dengan campuran rempah lokal seperti kemiri, jinten, kayu manis, cengkeh, kapulaga, dan merica, lalu ditambahkan santan, kelapa muda, serai, dan daun jeruk. Hasilnya, sajian bersantan yang gurih, harum, dan hangat di perut.
Biasanya, Jangan Banci disajikan bersama lauk pelengkap seperti telur asin, perkedel ubi, abon daging sapi suwir, dan tak jarang sebagai bagian dari hidangan dalam ritual sedekahan masyarakat Using. Sajian ini bukan sekadar kuliner, tapi bagian dari sistem nilai dan tradisi yang mengakar kuat di Kemiren.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi menggelar siaran langsung di akun TikTok resmi @banyuwangi_tourism pada Kamis pagi (26/6) untuk memperkenalkan 'Jangan Banci' masakan tradisional dari Desa Kemiren, kampung adat masyarakat Suku Using. Foto: kumparan
Rohaniyah (57), warga asli Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang menjadi salah satu penjaga tradisi kuliner ini. Sejak muda, ia sudah terbiasa mengolah Jangan Banci dan berbagai jajanan pasar khas Banyuwangi.
Setiap Minggu pagi, ia berjualan di Pasar Kemiren, membawa aneka jajanan seperti jongkong, apem plecer, sumping, dan tentu saja, Jangan Banci.
"Sekarang jarang yang bisa bikin Jangan Banci, karena orang muda lebih kenal makanan cepat saji," ujarnya.
"Padahal ini makanan leluhur, dulu sering disajikan saat hajatan," imbuh Rohaniyah.
Komitmennya bukan hanya menjaga resep, tapi juga membagikan pengetahuannya kepada generasi muda. Ia percaya, selama masih ada yang mau masak, masih ada harapan bagi kuliner tradisional untuk bertahan.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi menggelar siaran langsung di akun TikTok resmi @banyuwangi_tourism pada Kamis pagi (26/6).
Makanan khas Banyuwangi bernama 'Jangan Banci' yang berasal dari Desa Kemiren, kampung adat masyarakat Suku Using. Foto: kumparan
Dalam sesi berdurasi sekitar 1,5 jam itu, Rohaniyah didapuk untuk memandu pembuatan Jangan Banci dari awal hingga siap saji.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Disbudpar untuk memperkenalkan kuliner tradisional Banyuwangi secara lebih luas, terutama ke generasi muda yang aktif di media sosial.
"Setelah sebelumnya kami angkat pembuatan Mayang Sari dan rias pengantin Using, kali ini kami kenalkan Jangan Banci sebagai salah satu sajian khas hajatan Osing," kata Dwi Susanti, Analis Kebijakan Muda Bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Banyuwangi.
Melalui cara-cara kekinian seperti siaran live TikTok, pemerintah berharap warisan kuliner seperti Jangan Banci tak hanya dilestarikan, tapi juga bisa dikenal lintas generasi dan lintas wilayah. Sebab, di balik setiap suapan makanan tradisional, tersimpan jejak sejarah, jati diri, dan cinta yang mendalam terhadap tanah kelahiran.