Mar 27th 2024, 10:40, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta produksi lapangan migas lepas pantai (offshore) PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) terus dioptimalkan.
PHE ONWJ merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi tertua di Indonesia yang sudah beroperasi sejak 1966 dan masih berproduksi hingga kini. Arifin melakukan peninjauan proyek di Cirebon tersebut pada Selasa (26/3).
Meski termasuk lapangan tua, kata Arifin, masih ada prospek untuk dikembangkan, terutama di dua lapangan yakni lapangan Zulu yang pertama kali ditemukan pada tahun 1974 dan lapangan GOX Complex.
"Saya ingin melihat lebih dekat di sini, yang masih mempunyai prospek, yaitu Lapangan Zulu dan GQX Complex, dan kita sudah sepakat untuk mempercepat pengembangan yang Lapangan GOX sehingga cepat untuk berproduksi lagi," kata Arifin melalui keterangan resmi, Rabu (27/3).
Selain itu, Arifin juga meminta PHE ONWJ meningkatkan kinerjanya, terutama terkait persiapan infrastruktur proyek pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan Floting Storage and Offloading (FSO). "Perlu adanya efisiensi waktu dalam mengembangkan GQX Complex karena potensinya yang besar," tambah Arifin.
Arifin juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat untuk mengupayakan peningkatan produksi minyak seiring terus meningkatnya kebutuhan agar tidak semakin besar impor yang dibutuhkan.
"Semangat tetap dijaga karena minyak itu kebutuhan yang vital harus dijaga ketersediaannya, jangan sampai demand-nya terus bertambah produksinya turun, karena itu terus kita upayakan kalau turun, turunnya pelan-pelan, kalau bisa ditambah kenapa tidak," ucap Arifin.
PHE ONWJ dioperatori PT Pertamina sejak tahun 2029. Pada tahun 2023, proyek ini mencatatkan realisasi minyak sebesar 26.580 barel per hari (BOPD), 91,6 persen dari target APBN 29.000 BOPD. Untuk realisasi gas sebesar 73.9 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan tidak ada target pada APBN. Sementara salur gas terealisasi sebesar 52,4 MMSCFD, 95,3 persen dari target APBN 55 MMSCFD.
Pjs General Manager PHE ONWJ, Wirdan Arifin, menyebutkan PHE ONWJ termasuk ke dalam daftar 5 besar produsen minyak di Indonesia.
"Pencapaian hingga 17 Maret 2024, yaitu realisasi minyak sebesar 25.773 BOPD dari target APBN 3.077 BOPD atau 85,7 persen. Sementara realisasi gas sebesar 73,5 MMSCFD dan tidak ada target pada APBN. Untuk salur gas terealisasi sebesar 50,4 MMSCFD dari target APBN 40 MMSCFD atau 95,3 persen," jelasnya.
PHE ONWJ memiliki area operasi lepas pantai yang luas di perairan Utara Jawa Barat. Wilayah kerja PHE ONWJ membentang seluas 8.300 kilometer persegi dari Kepulauan Seribu hingga Cirebon, Jawa Barat. Aset ini mengoperasikan lebih dari 200 anjungan lepas pantai dan lebih dari 200 sumur aktif.
Dalam kunjungan ini, Arifin didampingi oleh Dirjen Migas Tutuka Ariadji; Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto; Deputy Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo; Direktur Teknik dan Lingkungan Noor Arifin; Direktur Utama PHE Chalid Said Salim, dan Direktur Produksi dan Pengembangan PHE Awang Lazuardi dan Pjs General Manager PHE ONWJ, Wirdan Arifin. Sedangkan PTH Direktur Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, Ibnu Suhartanto berkesempatan melepas keberangkatan tim ke Bravo Flowstation.
Anjungan Bravo Flowstation beroperasi sejak 1971 dan dikelola PHE ONWJ mulai 2009 hingga sekarang. Pada tahun 2017, Blok ONWJ menjadi blok migas pertama di Indonesia yang menerapkan skema kontrak bagi hasil Gross Split