Baru-baru ini viral di media sosial soal pendaki yang mengaku diusir dari tempatnya berkemah oleh tour operator yang diduga melakukan booking lahan di gunung. Dalam video yang diunggah pemilik akun Instagram @friendsadventure17, pendaki tersebut harus pindah ke tempat lain, padahal ia sudah sampai terlebih dahulu.
Dugaan adanya booking lahan di gunung ini pun menjadi viral di media sosial, setelah semakin banyaknya pendaki yang speak up mengalami hal serupa. Hal ini pun mendapat sorotan banyak pihak, termasuk musisi Indonesia, sekaligus pendaki Fiersa Besari.
Dalam akun Instagram-nya @fiersabesari, Fiersa mengemukakan pendapatnya soal dugaan booking lahan di gunung. Fiersa tak menampik tugas seorang tour operator dan juga porter yang biasanya akan tiba lebih dahulu ketika menemani pendaki.
"Jadi, setahu saya memang kalau di banyak sekali (tour operator) itu yang porter itu akan jalan duluan sampai ke camping ground, terus mendirikan tenda untuk peserta tour operator-nya," beber Fiersa, dalam videonya tersebut.
Hanya saja, Fiersa mengatakan bahwa yang tidak wajar adalah ketika peserta trip-nya terlalu banyak dan melebihi kapasitas, hingga menguasai si lahan camping tersebut.
Fiersa Besari dan Anji. Foto: Instagram @fiersabesari
Selain itu, ia menyampaikan bahwa dalam video atau narasi yang beredar adalah ada seorang pendaki yang sudah tiba terlebih dahulu, namun diduga diusir oleh tour operator. Menurutnya, hal ini tentu tidak dapat dibenarkan.
"Itu salah sih menurut saya, karena kalau kata misbah (juru ahli tim kami) itu sama saja menghilangkan kesempatan seseorang untuk mendapatkan perlindungan. Apalagi di gunung ya, yang rentan hipotermia, terkena badai, dan lain sebagainya," ungkap Fiersa.
Ajak Tidak Hujat Pendaki Lain
Gunung Rinjani Foto: Shutter Stock
Meski demikian, Fiersa berusaha tetap netral. Ia juga meminta pendaki untuk tidak saling hujat satu sama lain, terlebih kepada pendaki yang memang mendaki dengan tour operator.
"Saya berusaha tidak bias dan tidak mendukung siapa pun meskipun kenal. Tapi di sisi lain, seharusnya pendaki tidak menjadikan ini sebagai media untuk ngata-ngatain orang yang ikut tour operator. Karena setahu saya enggak semua orang sekuat Anda, semahir Anda, tapi ingin tahu keindahan gunung seperti apa dan sekarang memang sudah banyak media untuk naik gunung," tutur Fiersa.
Ilustrasi pendakian Gunung Rinjani, Lombok. Foto: Shutter Stock
Sebab, menurutnya ada pendaki yang memang mampu mendaki sendiri, dan ada yang harus ditemani dengan tour operator. Terlebih, beberapa gunung di Indonesia, seperti Puncak Cartenz mengharuskan pendakian dengan tour operator.
"Memang naik gunung itu prosesnya enggak mudah, tapi kan makin ke sini namanya akses wisata yang makin mudah diakses, terus banyak orang juga yang ingin melihat. Ya nggak bisa dibendung, salah satu hal untuk memitigasi kecelakaan adalah ikut serta dalam tour operator. Apalagi beberapa gunung harus pakai tour operator loh, contohnya gunung tertinggi di Indonesia nggak bisa kita sendirian ke sana," ungkapnya.
Minta Dibuatkan Regulasi
Ilustrasi berkemah di alam terbuka. Foto: Shutter Stock
Agar insiden serupa tidak terulang, Fiersa berharap ada regulasi yang mengatur bagaimana jumlah atau kuota pendakian antara pendaki reguler (mandiri), dengan pendaki yang menggunakan tour operator.
"Kalau misalkan posnya terbatas harusnya kan ada regulasi, nggak semua lahannya dicaplok oleh tour operator. Harusnya ada hak untuk pendaki (mandiri) juga," katanya.
Oleh sebab itu, kalau ada pendaki yang diusir dari tendanya sendiri, ini tentu tidak bisa dibenarkan dan sudah bisa dianggap melanggar aturan.
Fiersa Besari. Foto: Alexander Vito Edward/kumparan
"Nah, itu kan mestinya bisa diperbaiki bersama, ya. Tapi sekali lagi kalau kasus seperti ini ada pendaki (mandiri) sudah mendirikan tenda terus diusir, menurut saya itu keliru banget," ujarnya.
Menurut Fiersa, sudah seharusnya pihak tour operator yang diduga melakukan hal tersebut harus meminta maaf, dan memberikan klarifikasi, serta memberikan pernyataan sikap.
"Kalau saya yang memegang perusahaan tersebut, saya akan membuat pernyataan sikap, permintaan maaf, dan saya akan nge-briefing orang-orang yang bekerja di lapangan untuk bersikap lebih baik lagi," paparnya.
Ia juga meminta komunikasi antara tour operator dan porter di lapangan diperbaiki lagi.
"Kita harus gali ulang kesalahannya. Cara tour operator ini nge-briefing porter-nya atau memang seperti itu di banyak tour operator, tapi baru ketahuan sekarang. Apa pun itu, menurut saya sih komunikasinya harus dibetulkan, dan menurut saya tour operator yang bermasalah," ujar Fiersa.
"Langkah terbaiknya, menurut saya harusnya membuat pernyataan sikap sih, nggak cuma diem, ya. Terus memperbaiki ke depannya harus kayak gimana," pungkasnya.