Petugas kepolisian berjaga di dekat sebuah sekolah menyusul penembakan mematikan di Graz, Austria, Selasa (10/6/2025). Foto: Leonhard Foeger/REUTERS
Penyelidik menemukan bom rakitan di rumah pelaku penembakan massal di Graz, Austria. Kejadian di Graz merupakan penembakan massal paling berdarah sepanjang sejarah Austria.
Penemuan Rabu (11/6) ini bertepatan dengan penerapan masa berkabung atas serangan bersenjata di sekolah menengah Dreierschuetzengasse. Aksi pelaku menewaskan 10 orang dan melukai belasan lainnya.
Bom rakitan yang tak berfungsi ditemukan saat polisi menggeledah rumah pelaku, seorang pria Austria berusia 21 tahun yang pernah menjadi murid di sekolah tersebut.
Polisi menyebut pelaku bertindak sendirian dan mengakhiri hidupnya sendiri di toilet sekolah.
Tidak ditemukan penjelasan soal motif. Namun, pelaku sempat meninggalkan surat perpisahan kepada orang tuanya.
Polisi dan kendaraan penyelamat diparkir di dekat sebuah sekolah setelah penembakan mematikan di Graz, Austria, Selasa (10/6/2025). Foto: Leonhard Foeger/REUTERS
Penembakan terjadi Selasa (10/6) pagi di sekolah yang terletak di pusat kota Graz dan dihuni sekitar 400 siswa berusia 14 hingga 18 tahun.
Sembilan korban dinyatakan meninggal di lokasi, sementara satu perempuan meninggal di rumah sakit. Dua belas orang luka berat, termasuk seorang siswa asal Prancis berusia 17 tahun.
Pemerintah Austria menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari.
Rabu pagi, seluruh penjuru Austria mengheningkan cipta selama satu menit. Kanselir Christian Stocker menyebut insiden sebagai "tragedi nasional".
Di luar sekolah, warga berkumpul sambil meletakkan bunga, lilin, dan catatan. Mereka saling berpelukan, mencoba memahami apa yang terjadi.
Polisi memastikan pelaku memiliki dua senjata api legal.
Ia tidak menyelesaikan pendidikannya di sekolah itu. Beberapa media lokal menyebut pelaku pernah mengalami perundungan.
"Teman-teman sekelas bilang dia pernah dilecehkan," ujar salah seorang siswa di sekolah itu, lapor AFP.
"Hari ini kami hanya ingin tenang, berduka bersama."
Petugas kepolisian berjaga di dekat sebuah sekolah menyusul penembakan mematikan di Graz, Austria, Selasa (10/6/2025). Foto: Leonhard Foeger/REUTERS
Seorang warga asal Amerika Serikat, yang anaknya bersekolah di sekitar lokasi kejadian, mengaku tak menyangka insiden bisa terjadi di Graz lantaran kota ini dikenal aman dan terbuka.
"Sekolah ini terkenal karena keberagamannya," ujar Roman Klug, warga setempat.
Kekerasan bersenjata sangat jarang terjadi di Austria, negara berpenduduk 9,2 juta jiwa yang masuk dalam 10 negara teraman versi Global Peace Index.
Namun, Eropa juga menghadapi peningkatan serangan di sekolah dalam beberapa tahun terakhir, meski frekuensinya jauh lebih rendah dibanding Amerika Serikat.
Di Prancis, seorang asisten pengajar tewas ditikam Selasa lalu. Pada Januari, seorang remaja menikam guru dan murid di Slovakia.
Desember tahun lalu, serangan bersenjata di universitas Praha menewaskan 14 orang.