Apr 25th 2024, 07:37, by Moh Fajri, kumparanBISNIS
Ilustrasi Bank Indonesia Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau 0,25 persen menjadi 6,25 persen di bulan April 2024.
Kenaikan ini terjadi di luar ekspektasi pasar, karena BI telah menahan suku bunga selama 6 bulan berturut-turut sejak Oktober 2023. Para ekonom memproyeksi dampak kenaikan suku bunga tersebut.
Inflasi RI Dapat Terjaga di Level 2,5 Persen
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global, serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025.
"Sesuai prediksi, BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah," ujar Ibrahim dalam keterangan resmi.
Permintaan Kredit Diprediksi Masih Tinggi
Kepala Ekonom BCA David Sumual. Foto: Dok. David Sumual
Ekonom memproyeksi kenaikan suku bunga tersebut tidak akan berdampak pada permintaan kredit. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, David Sumual, bilang permintaan kredit masih akan tetap stabil, meskipun suku bunga dikerek.
"Permintaan kredit diperkirakan masih stabil. Pertumbuhan DPK industri actually improve lumayan di bulan Maret ke 7,44 persen, kredit di 12,40 persen," kata David kepada kumparan, Rabu (24/4).
Selain itu, suku bunga BI juga masih memiliki kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang juga dapat menjaga pertumbuhan ekonomi.
"Selain kebijakan suku bunga juga diterbitkan kebijakan KLM untuk menjaga agar prospek pertumbuhan ekonomi terjaga. Ada insentif KLM untuk beberapa sektor tertentu seperti yang terkait, hilirisasi, perumahan, ekonomi kreatif, pariwisata," jelas David.
Rupiah Diharapkan Dapat Lebih Stabil
David menilai langkah BI yang menaikkan suku bunga acuan jadi 6,25 persen diharapkan dapat membuat nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil.
"Kurs diharapkan lebih stabil ke depannya sehingga eksportir dan importir juga nyaman dalam bertransaksi," kata David.
Langkah BI menaikkan suku bunga untuk merespons perkembangan dan situasi global terkini, termasuk langkah Federal Reserve yang diperkirakan akan menunda penurunan suku bunga. Kedua fenomena ini mempengaruhi harga minyak dunia dan rupiah.