Anggota Komisi V DPR RI Daniel Mutaqien. Foto: Instagram/ @danielmsy_309
Anggota Komisi V DPR RI Daniel Mutaqien mengatakan bahwa di era digital dan media internasional mudah menyorot sesuatu, upaya evakuasi seperti terhadap Juliana Marine di Gunung Rinjani diperlukan secara masif. Hal ini agar tidak ada yang salah paham.
Hal itu disampaikannya dalam rapat dengar pendapat bersama Kepala Basarnas Mohammad Syafii di Gedung Parlemen Jakarta Senin, (7/7).
"Kejamnya era digital, semua orang butuh visual, butuh konten. Bukan hanya gubernur atau kepala daerah, aktivitas Basarnas seperti ini juga harus dikontenkan," kata Daniel.
Ia menyakini bahwa sejak hari pertama informasi korban hilang diterima anggota Basarnas sudah terjun ke lokasi untuk melakukan pencarian dan pertolongan, namun publik tak melihat langsung upaya itu karena tidak ada dokumentasi visual yang disebarkan cepat.
"Ini bukan soal validasi kerja, tapi agar publik tahu ada upaya nyata. Teman-teman Basarnas perlu dibekali kamera saat melaksanakan operasi SAR," ujar Daniel, yang juga berlatar belakang sebagai pegiat pendaki gunung itu.
"Saya secara pribadi mengapresiasi tentang masalah Rinjani. Ini kan jadi atensi nasional bahkan internasional, Amerika Latin, Brasil membicarakan."
Juliana Marins, WN Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, Juni 2025 Foto: Instagram/@resgatejulianamarins
Secara khusus, Daniel menyebut Basarnas perlu mengcounter anggapan-anggapan kurang efektif dalam menyelamatkan Juliana yang jatuh di jurang Cemara Nunggal itu.
"Saya pribadi mengapresiasi Basarnas, relawan, walaupun pada akhirnya ini memunculkan superhero baru namanya maaf kalau saya sebut, Kang Agam. Dari beberapa pernyatannya membuat saya terketuk, ada pernyataan beliau, kalau beliau itu baru turun di lokasi baru 3 haru setelah kejadian."
"Saya ngikutin berita ini dari awal. Ada pernyataan kalau ada saya ada di sana di hari itu, dia bisa selamat. Ini berarti kan menyampaikan komponen komponen rescue yang lain. Walaupun saya gak tahu apa maknanya. Tapi ini bahan evaluasi, mengenyampingan Pemda, SAR, Basarnas, apalagi Basarnas lembaga resmi negara," urai dia.
Di sisi lain menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan agar publik tercerahkan. Kata dia, Cemara Nunggal bukan medan yang ringan.
"Kalau dari kondisi medan, Cemara Nunggal, beberapa puluh tahun lalu kalau jatuh di situ ya fatal. Kalau 200 meter 600 meter horizontal kelihatannya pendek. Kalau vertikal di jalur itu ya fatal, apalagi jalurnya batu dan pasir."
Daniel berharap pengalaman ini menjadi evaluasi agar penilaian lembaga SAR internasional terhadap Basarnas Indonesia, seperti International Maritime Organization (IMO), dan International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) tetap positif meskipun insiden seperti ini terjadi.
Juliana Marins (27) adalah pendaki asal Brasil yang dilaporkan hilang di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (21/6). Setelah lima hari pencarian, ia ditemukan di dasar jurang berbatu, sekitar 600 meter di bawah jalur pendakian utama. Upaya evakuasi berlangsung penuh risiko di medan tebing curam sebelum akhirnya korban berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan.