Cinta ibarat pondasi dalam hubungan. Perasaan ini menjadi emosi mendalam yang mampu mengikat dua insan. Namun, seberapa sering kamu benar-benar merasakan cinta dalam kehidupan sehari-hari? Apakah laki-laki dan perempuan mengalami cinta dengan frekuensi yang sama?
Pertanyaan tersebut menarik perhatian Profesor dari Carnegie Mellon University Pennsylvania, Saurabh Bhargava. Ia merilis sebuah studi di Association for Psychological Science, yang berisikan adanya perbedaan dalam merasakan cinta antara laki-laki dan perempuan.
Ingin tahu seperti apa hasil penelitian tersebut? Yuk, simak artikel ini sampai habis!
Dalam penelitiannya, Bhargava melibatkan 3.867 orang dewasa berusia 18 hingga 64 tahun. Selama sepuluh hari berturut-turut, para peserta diminta untuk mencatat aktivitas sosial mereka setiap 30 menit menggunakan aplikasi ponsel. Mereka diminta melaporkan perasaan yang mereka alami, seperti kebosanan, kegembiraan, kesepian, dan yang terpenting, rasa cinta.
Dari seluruh data yang terkumpul, perempuan melaporkan merasakan cinta sebanyak 4 persen dari total waktu mereka, sedangkan pria hanya 2,3 persen. Artinya, secara umum perempuan hampir dua kali lebih sering merasakan cinta daripada pria dalam rutinitas harian mereka.
Pria 30 Persen Jarang Melaporkan Perasaan Cinta
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
Penemuan ini diperkuat dalam studi lanjutan yang lebih besar, yang melibatkan 7.255 peserta. Kali ini, peserta diminta untuk mengingat apakah mereka merasakan cinta dalam satu jam terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa pria 30 persen lebih jarang melaporkan perasaan cinta dibanding perempuan.
Meskipun cinta terhadap pasangan relatif seimbang, pria 43 persen lebih jarang merasakan cinta terhadap anak, dan 38 persen lebih jarang terhadap anggota keluarga lainnya. Kok bisa ya?
Tentu saja bisa, Ladies. Dilansir Psychological Science, kesenjangan ini terjadi karena pria jarang menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka, sehingga mereka juga memiliki lebih sedikit momen untuk merasakan cinta sebagai orang tua.
Sebab cinta bukanlah emosi yang muncul begitu saja, tapi ia tumbuh dari interaksi harian dari bermain, bercerita, hingga mendengarkan. Maka, bukan berarti pria tidak mampu mencintai, tapi mereka lebih jarang berada dalam situasi yang memunculkan perasaan cinta tersebut.