Ilustrasi konsultasi dengan psikolog. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Psikolog anak dan remaja, Mira D. Amir, menyebutkan bahwa hipnoterapi dapat menjadi salah satu metode terapi untuk membantu korban kekerasan seksual mengatasi trauma. Hal itu ia sampaikan setelah menceritakan pengalamannya menangani keluarga salah satu korban sodomi anak di Bekasi.
"Untuk kami, terapinya salah satu caranya bisa dihipnoterapi. Apalagi si anaknya memang keinginan, karena dia ngerasa takut, ngerasa sakit juga, ngerasa nggak suka, ngerasa marah mungkin, gitu," kata Mira saat dihubungi kumparan, Selasa (10/6).
Terapi ini penting dilakukan. Sebab, sang anak harus menjalani serangkaian proses hukum. Dalam proses ini, anak harus mengulangi lagi secara kronologis peristiwa yang ia alami.
"Iya, itu makanya kenapa mereka cari saya. Karena anaknya udah dibawa ke sana kemari, dan setiap kali dia harus menceritakan ulang kronologis, semacam itu ya. Kalau dari teman-teman hukum, saya sih nggak heran. Korban atau siapa pun harus memberikan kesaksian, gitu ya," ucap Mira.
Proses menceritakan kronologi itu akan membangkitkan sejumlah emosi si anak. Ini yang menjadi tantangan.
"Cuma, proses setiap kali anak itu harus menceritakan, itu yang repot gitu," lanjutnya.
Mira juga menambahkan bahwa orang tua perlu lebih peka dengan perubahan sikap anak. Perubahan drastis seperti menarik diri, marah-marah, mogok sekolah, atau menolak berinteraksi dapat menjadi gejala awal trauma akibat pelecehan.
"Satu, tentunya orang tua itu kan harus paham anaknya, kebiasaan anaknya bagaimana, sifat asli anaknya itu seperti apa, gitu kan. Karena apa, begitu ada satu kejadian, biasanya yang kita lihat adalah, apakah terdapat perubahan perilaku pada si anak, ataupun anak menunjukkan perubahan sikap," jelas Mira.
"Yang tadinya biasa asik bermain, ini jadi menarik diri, jadi sensitif, mudah tersinggung, marah-marah, lempar mainan, gitu kan. Mogok, mogok sekolah, mogok ngomong, mogok berinteraksi, gitu. Jadi penakut. Kalau pada kasus ini kan si korban ini, dia jadi nggak mau Jumatan kan, gitu," lanjutnya.
Mira pun menekankan bahwa kehadiran orang dewasa di lingkungan anak sangatlah penting. Ia menyarankan setiap kegiatan anak harus didampingi orang dewasa.
"Jadi memang, ya, bukannya paranoid atau apa ya, gitu ya, tapi tetap saja sih, apa namanya, enak gitu ya, apa pun gendernya gitu kan, ya tetap sebaiknya ada yang mendampingin, gitu. Ada orang dewasa yang mendampingi, gitu kan," saran Mira.
"Jadi kalau ada kerumunan anak atau apa, gitu ya, apalagi tuh misalnya di lingkungan masjid, pas jamnya Jumatan, gitu, ya para orang dewasa kan ada di sekitaran situ, gitu. Ya tegur baik-baik, anak-anak gitu kan, ini, gitu. Pastikan mereka ada di mana, rumahnya di mana, gitu," tutupnya.