Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menyampaikan pidato singkat dalam ajang Lombok Sharia Festival di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (7/6/2025) malam. Foto: ANTARA/HO-Diskominfotik NTB
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan bahwa ekonomi syariah berpeluang besar menjadi alat ungkit untuk perkembangan industri fesyen dan wisata.
Sebab, saat menghadiri berbagai forum internasional, mantan Duta Besar Indonesia untuk Turki tersebut menemukan produk wastra NTB muncul di sana.
"Dengan kurang lebih 300 kultur yang ada di Indonesia, saya yakin industri fesyen, terutama kita pasti bisa membuat lompatan besar," ujar Lalu, seperti dikutip dari Antara.
Apalagi menurut Lalu, nilai ekonomi syariah global diproyeksikan mencapai 4 triliun dolar AS, dengan lebih dari 70 persen pembiayaan berada pada sektor keuangan, dan sisanya non-keuangan.
"Peluang Indonesia untuk memberikan kontribusi lebih besar untuk ekonomi syariah sangat terbuka, termasuk melalui pengembangan industri pariwisata yang ramah terhadap umat Muslim," tuturnya.
Perajin merapikan ikat kepala berbahan dasar kain tenun Endek yang dijual di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Tak hanya itu, dalam industri fesyen, ragam motif tenun ikat menjadi modal bagi NTB untuk mengembangkan industri pariwisata yang ramah Muslim.
Hal ini dapat terlibat pada salah satu motif tenun Subahnale yang sudah mendapatkan hak kekayaan intelektual. Motif ini berasal dari Desa Sukarara di Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
"Motif Subhanale diambil dari kata Subhanallah. Motif ini punya tingkat kerumitan tertinggi, sehingga para penenun harus bersabar dan selalu berserah diri kepada Tuhan, agar proses menenun berjalan lancar," ungkap Lalu.
"Ketika proses menenun motif Subahnale selesai, maka penenun akan menyebut kata Subhanallah atau dalam dialek masyarakat Suku Sasak disebut Subahnale," pungkasnya.