May 15th 2025, 15:14 by BASRA (Berita Anak Surabaya)
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Surabaya Syaiful Bahri. Foto: Masruroh/Basra
Hari Keluarga Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Mei. Ini bisa menjadi momen reflektif bagi peran orang tua di era digital di mana pola asuh keluarga mempunyai banyak tantangan.
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Surabaya Syaiful Bahri menuturkan teknologi telah mengubah cara berkomunikasi dalam rumah tangga. Akses informasi menjadi cepat, tapi interaksi emosional bisa terganggu.
"Anak-anak kini tumbuh dengan gawai di tangan mereka. Dunia digital menjadi bagian dari keseharian yang tak terelakkan. Orang tua memiliki peran utama sebagai pendidik pertama anak. Kehadiran dan perhatian nyata orang tua tidak bisa tergantikan oleh layar gawai," kata Syaiful kepada Basra, Kamis (15/5).
"Digital bukan hanya soal informasi, tapi juga nilai dan emosi. Anak tetap butuh kasih sayang, bimbingan, dan arahan orang tuanya," sambungnya.
Menurut Syaiful, keluarga harus menjadi tempat pulang yang aman bagi anak. Baik secara fisik maupun saat anak tersesat di dunia digital. Pola asuh tidak cukup dengan kontrol perangkat atau aplikasi. Dibutuhkan empati, komunikasi, dan keteladanan dalam mendampingi anak.
"Keluarga harus membangun relasi yang hangat dan terbuka. Anak yang dekat secara emosional lebih mudah terbimbing secara digital," tuturnya.
Hari Keluarga Sedunia mengingatkan pentingnya peran keluarga. Di tengah teknologi, keluarga tetap pondasi utama perkembangan anak.
"Saat ini yang menjadi tantangan bersama adalah dengan adanya gawai yang ada di sekitar kita, terlebih lagi dengan era digitalisasi yang terjadi tidak bisa kita bendung tapi sebagai orang tua bisa mengarahkan, mendampingi, serta menjadi teman anak dalam hal berkegiatan dengan dunia maya secara bijak," terangnya.
Tak dapat dipungkiri saat ini banyak muncul gangguan-gangguan yang disebabkan oleh arus digitalisasi, seperti adanya game online yang berbasis chatting dan bisa menjadi salah satu pintu untuk para predator kekerasan seksual serta cyber yang muncul.
"Sampai hari ini Komnas Perlindungan Anak Kota Surabaya sudah mendapatkan pengaduan-pengaduan terkait dengan adanya kenakalan remaja yang berbasis dengan teknologi. Ini menjadi perhatian serius yang perlu kita sikapi bersama," tandasnya.