Tenda jemaah haji di Mina. Foto: Moh Fajri/kumparan
Jemaah haji akan memadati wilayah Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) saat puncak haji. Kepadatan saat prosesi melempar jumrah di Jamarat menjadi salah satu persoalan yang harus diantisipasi.
Tidak menutup kemungkinan, jemaah haji saat di terowongan menuju Jamarat ada yang sakit atau kelelahan di tengah kepadatan manusia tersebut.
Kepala Satuan Operasional Armuzna, Kolonel Laut Harun Ar Rasyid, menegaskan sistem evakuasi jemaah di terowongan harus dirancang seefektif mungkin. Tantangan utamanya adalah keterbatasan pergerakan ambulans dan padatnya jemaah.
"Ambulans memang ada di beberapa titik, tapi karena padatnya jemaah, ambulans tidak selalu bisa langsung bergerak membawa pasien ke rumah sakit. Dirawat di tempat dulu," ungkap Harun.
Jemaah haji melontar jumrah Aqobah di Jamarat, Mina, Minggu (16/6/2024). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Harun mengungkapkan pihaknya akan menggunakan sistem estafet evakuasi. Saat petugas di pos Ad Hoc atau Mobile Crisis Rescue (MCR) mendapati jemaah yang pingsan atau kelelahan, mereka akan melakukan penanganan cepat di lokasi terdekat.
"Jemaah yang mengalami masalah tidak langsung dibawa jauh-jauh, tapi ditangani dulu di pos ambulans terdekat. Kalau memang perlu penanganan lebih lanjut, baru diteruskan dengan estafet ke yang lain," terang Harun.
Di Mina ada beberapa terowongan dengan masing-masingnya memiliki panjang minimal 1 km. Setelah itu ada ruang terbuka, dan beberapa memiliki jalur evakuasi yang bisa digunakan untuk ambulans berlalu lalang ke rumah sakit. Nah, di sana bisa leluasa apakah perlu mengambil alat bantu untuk dibawa ke tenda Misi Haji Indonesia atau lainnya.
"Selain ada ambulans dari teman-teman kesehatan, juga ada pelayanan kesehatan dari Kementerian Haji Arab Saudi," jelas Harun.
Jemaah haji berjalan melintasi terowongan Muaisim untuk melempar jumrah hari ketiga menuju Jamarat di Mina, Arab Saudi, Jumat (30/6/2023). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
Dengan konsep estafet ini, Harun berharap seluruh tim bisa mengurangi potensi kemacetan evakuasi di jalur-jalur sempit Mina.
"Kami harapkan petugas bisa mengantisipasi dan memitigasi untuk kegiatan-kegiatan yang akan kita laksanakan nanti," tutur Harun.
Harun menegaskan saat proses melempar jumrah tidak hanya logistik yang diperhatikan, tapi kesehatan fisik dan mental juga menjadi kunci.
"Ini bukan hanya soal logistik atau fasilitas, tapi soal keselamatan nyawa. Kita harus all out," tutur Harun.