Alasan Teddy Soeriaatmadja Angkat soal Trauma di Film Mungkin Kita Perlu Waktu - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Alasan Teddy Soeriaatmadja Angkat soal Trauma di Film Mungkin Kita Perlu Waktu
May 19th 2025, 15:00 by kumparanHITS

Sutradara Teddy Soeriatmadja saat hadir di screening film Berbalas Dendam di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu, (15/2/2023). Foto: Agus Apriyanto
Sutradara Teddy Soeriatmadja saat hadir di screening film Berbalas Dendam di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu, (15/2/2023). Foto: Agus Apriyanto

Sutradara Teddy Soeriaatmadja hadir dengan film terbarunya, Mungkin Kita Perlu Waktu, yang tayang di bioskop sejak 15 Mei 2025. Dalam film keluarga ini, Teddy membicarakan mengenai trauma.

Secara garis besar, film Mungkin Kita Perlu Waktu menceritakan mengenai sebuah keluarga yang mengalami trauma karena suatu kejadian yang menimpa salah satu anggota keluarga mereka. Masing-masing anggota keluarga mengatasi trauma mereka dengan cara yang berbeda.

"Dan itu menimbulkan sebuah konflik yang sangat dalam buat keluarganya," kata Teddy Soeriaatmadja kepada kumparan, belum lama ini.

Konferensi Pers Film Mungkin Kita Perlu Waktu di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025). Foto: Giovanni/kumparan
Konferensi Pers Film Mungkin Kita Perlu Waktu di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025). Foto: Giovanni/kumparan

Alasan Teddy Soeriaatmadja Angkat soal Trauma dalam Film Mungkin Kita Perlu Waktu

Teddy Soeriaatmadja memutuskan mengangkat soal trauma dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu karena topik tersebut yang dekat dengan kehidupannya. Ia dan orang-orang terdekatnya pernah mengalami trauma.

"Setiap filmmaker pasti punya background yang beda-beda. My life itu enggak ada kejar-kejaran mobil atau berantem sana-berantem sini, tapi my life is more close to human connection. Jadi ini (soal trauma dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu) sesuatu yang saya ngerasa saya paham saja," tutur Teddy.

Dari pengalamannya tersebut, Teddy menyadari bahwa tiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengatasi trauma. Tidak ada benar atau salah terkait hal itu. "Ini sesuatu yang kompleks untuk as a human to deal with trauma," ucapnya.

Teddy juga mengungkapkan alasan dirinya menggunakan elemen psikologi dalam karakter-karakter di film Mungkin Kita Perlu Waktu.  Menurutnya, sangat menarik untuk melihat permasalahan yang dialami oleh manusia. Kadang hal itu tidak datang dari luar, tapi juga dari dalam.

"Kadang-kadang struggle manusia terberat adalah ketika itu (berasal dari) internal. Jadi mungkin it creates good drama, it creates good karakter juga. Jadi karakter yang tebal gitu kalau dalam penceritaan sebuah film," ujar Teddy.

Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures
Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures

Bicara Kehilangan

Selain soal trauma, Teddy juga membicarakan mengenai kehilangan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Terutama tentang cara para karakter dalam film tersebut menghadapi kehilangan.

"Yang mau kita angkat dalam filmnya sih how we deal with loss, karena people deal with loss itu beda-beda. Orang deal with loss tuh ada yang dia angry, dia sedih," kata Teddy.

Hal menarik terkait itu dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu, menurut Teddy, adalah tidak ada yang salah atau benar dengan cara suatu karakter dalam menghadapi kehilangan.

"Kita bisa ngerti kenapa dia seperti ini. Di sisi lain kita juga ngerti kenapa karakter yang satu lagi bisa seperti ini. Jadi ini mengenai cerminan gimana orang dealing with loss," tuturnya.

Konferensi Pers Film Mungkin Kita Perlu Waktu di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025). Foto: Giovanni/kumparan
Konferensi Pers Film Mungkin Kita Perlu Waktu di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025). Foto: Giovanni/kumparan

Tantangan Teddy Soeriaatmadja Garap Film Keluarga

Tidak mudah bagi Teddy Soeriaatmadja untuk menggarap film keluarga, termasuk dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Menurut Teddy, tantangan terberat dalam menggarap suatu film keluarga ialah ia harus bisa menggambarkan konflik yang dialami oleh karakter dalam film secara tidak berlebihan.

Penggambaran konflik harus seotentik mungkin. Sehingga orang-orang yang menyaksikan film tersebut merasa terhubung dengan karakter dalam film. Bukan malah membuat mereka mengerutkan dahi saat melihat konflik yang muncul dalam film.

"Kadang-kadang kita nonton film keluarga, 'Aduh ini kayaknya gulanya kemanisan, ya,' atau 'Ini kayaknya enggak seperti ini deh.' Jadi I think buat saya, terus terang, gimana karakter-karakternya se-real mungkin ya, sampai penonton bisa melihat dirinya dia di karakter-karakter ini , 'Oh ya, saya pernah mengalami rasa seperti ini,' atau 'Saya ngerti kenapa dia ngambil keputusan seperti ini.' Untuk mem-balance antara sinema drama sama authenticity-nya sebuah keluarga yang benar," kata Teddy.

Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures
Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures

Masukkan Pengalaman Pribadi saat Garap Film

Teddy selalu memasukkan pengalaman pribadi dalam setiap film yang ia garap dan tulis skenarionya, termasuk dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Pengalaman-pengalaman itu ia gambarkan dalam karakter yang ada dalam film. "Jadi, I see myself in all the characters. Bukan satu karakter saja," tuturnya.

Dengan memasukkan pengalaman pribadi, menurut Teddy, membuat kisah dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu terasa lebih dekat untuk banyak orang.

"Saya berharap bahwa orang-orang yang nonton akan ada connection-nya gitu di karakter-karakter ini. Karena semua karakter dimanusiakan di sini," ucapnya.

Teddy menulis naskah film Mungkin Kita Perlu Waktu saat pandemi COVID 19 melanda Indonesia. Naskah film itu menjadi sebuah media kontemplatif untuk dirinya.

"Jadi mungkin, ini skripnya kontemplatif saja buat saya pada waktu itu. Sebenarnya filmnya tentang kehilangan, rasa takut, tentang trauma. Jadi semua perasaan itu yang akhirnya menjadi sebuah skenario," ujar Teddy.

Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures
Adegan dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu. Foto: YouTube/ Adhya Pictures

Sinopsis dan Pemain film Mungkin Kita Perlu Waktu

Film Mungkin Kita Perlu Waktu dibintangi oleh Lukman Sardi, Sha Ine Febriyanti, Bima Azriel, Tissa Biani, Asri Welas, dan Naura Hakim. Film yang diproduksi Kathanika Films, Adhya Pictures, dan Karuna Pictures ini menceritakan tentang renggangnya hubungan sebuah keluarga usai kematian salah satu anggota keluarga.

Diceritakan setelah Sara (Naura Hakim) meninggal keluarga, kehidupan anggota keluarnya yang lain, yakni Restu (Lukman Sardi), Kasih (Sha Ine Febriyanti), dan Ombak (Bima Azriel) dari luar terlihat berjalan normal. Namun, di balik itu, masing-masing dari mereka menyimpan luka yang belum sembuh.

Hubungan mereka mulai retak: Ombak mencari kenyamanan lewat teman dekatnya, Aleiqa (Tissa Biani). Kasih memendam amarah dan memilih jalur spiritual. Sementara itu, Restu berusaha menyatukan kembali keluarganya melalui bantuan Nana (Asri Welas), seorang psikolog.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post