Rupiah Sentuh Rp 16.000 per Dolar AS, Ini Penyebabnya
14 Apr 2024
Nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp 16 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (13/4). Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah per USD mencapai Rp 16.117 per dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah ini terjadi di pasar internasional dan cukup wajar. Lemahnya rupiah berkaitan erat dengan data eksternal seperti inflasi di Amerika Serikat juga tensi geopolitik akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.
"Ini mengacaukan perekonomian global sehingga banyak masyarakat yang beralih ke dolar, sehingga dolarnya mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi di dolar meninggalkan mata uang yang melawan dolar, salah satunya rupiah, jadi sangat wajar kalau rupiah (turun)," kata Ibrahim kepada kumparan pada Sabtu (13/4).
Selain data eksternal, Ibrahim juga menuturkan penyebab melemahnya rupiah salah satunya lantaran Indonesia tengah libur panjang dalam rangka Idul Fitri, sehingga tidak ada perdagangan rupiah dalam negeri menyebabkan tidak ada perlawanan terhadap Dolar.
"Apalagi bersamaan dengan libur atau cuti bersama begitu lama hampir dua minggu, ini dimanfaatkan oleh para spekulan, Indonesia sedang cuti nih, libur tidak ada pasar sehingga di situlah tidak ada yang melawan dolar, sehingga dolar terus mengalami penguatan, membuat rupiah melemah secara pasar internasional," tambah Ibrahim.
Adapun dalam negeri, nilai tukar rupiah terakhir diperbarui sebelum libur panjang Lebaran 2024. Berdasarkan data Bloomberg dan juga Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 5 April 2024 menguat ke angka Rp 15.848. Angka ini naik 44,5 poin atau 0,28 persen.
Ibrahim memproyeksi, ketika pasar dalam negeri dibuka pada Selasa (16/4), Rupiah memang akan melemah. Namun tidak akan lama dan kemudian menguat.
"Tetapi kita belum melihat nanti pembukaan pasar di hari Selasa, biasanya kalau seandainya rupiah melemah di pasar internasional pada saat pembukaan dia akan melemah dulu, kemudian akan menguat," jelas Ibrahim.
Terlebih menurutnya, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Indonesia, tidak akan diam. Ibrahim bilang, biasanya pada saat rupiah mendekati angka Rp 16.000 per USD, maka akan ada intervensi dari BI, seperti melalui pasar obligasi dan valuta asing, sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu tajam.
"Akan turun lagi, itu bisa kelihatan nanti dari rilis cadangan devisa di bulan April kemungkinan besar itu akan menyusut karena sebagian dana cadangan devisa adalah digunakan untuk melakukan intervensi di pasar," terang Ibrahim.
Meski tengah melemah dalam perdagangan internasional, namun Ibrahim menuturkan, hal ini tidak terlalu berdampak pada perekonomian nasional yang tengah terpantau bagus. "Kalau saya lihat walaupun rupiah itu di Rp16.000 tetapi ekonomi dalam negeri cukup bagus, cukup stabil," ujar Ibrahim.
Dari sisi manufaktur Indonesia pada Maret lalu yang mencapai angka 54,2, menurutnya dalam keadaan yang baik-baik saja, begitu juga dengan data ekspor dan impor yang mengalami penurunan namun dalam tahap yang wajar.
"Paling yang mengalami kenaikan cukup tajam itu adalah utang negara itu pun juga karena digunakan untuk infrastruktur tapi utang yang begitu besar pun juga masih di bawah ambang batas karena kan di bawah 30 persen dari APBN, sehingga secara internal bahwa perekonomian Indonesia itu cukup bagus," terang Ibrahim.
Terlebih Ibrahim memandang, meskipun adanya libur panjang membuat tidak adanya pasar Rupiah dalam negeri, namun fenomena mudik pada periode Lebaran tahun ini berdampak baik pada perekonomian nasional dengan menaikkan tingkat konsumsi masyarakat di Tanah Air.
"Dengan ada mudik lebaran itu konsumsi naik hampir 10 kali lipat, ini mengindikasikan bahwa ekonomi dalam negeri itu bagus. Impact dari mudik, Ini pertumbuhan ekonomi di kota kedua akan bagus, sangat bagus sekali," tutup Ibrahim.