Suasana ruangan perpustakaan Wisma Habibie dan Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab dikenal sebagai B. J. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia ketiga yang pernah menjabat pada tahun 1998 sampai 1999. Presiden B. J. Habibie menggantikan Soeharto, yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Sebelum terjun ke dunia politik, B. J. Habibie dikenal luas sebagai seorang profesor dan ilmuwan dalam bidang teknologi dirgantara, dan merupakan satu-satunya Presiden Indonesia hingga saat ini yang berlatarbelakang teknokrat.
Presiden Ketiga B. J. Habibie. Foto: AGUS LOLONG/AFP
B. J. Habibie bahkan disebut-sebut sebagai bapak demokrasi dan teknologi Indonesia. Selain menjadi sosok yang mampu memimpin dalam masa transisi era Orde Baru ke reformasi, Habibie juga dinilai sukses melepaskan label Orde Baru, salah satunya dengan kebebasan pers, HAM, dan pembentukan lembaga independen.
Ia juga dikenal sebagai pembuat pesawat pertama Indonesia, yaitu pesawat N250 Gatot Kaca pada tahun 1995, serta pesawat CN-235 yang prototipenya berhasil mengudara pada akhir 1983.
Namun, tidak sampai di situ, cerita lain tentang perjalanan hidup B. J. Habibie juga bisa kamu saksikan secara langsung saat berkunjung ke Wisma Habibie & Ainun.
Cucu mendiang Presiden ketiga Indonesia B.J. Habibie, Melanie Subono dalam acara tur di Wisma Habibi Ainun yang digelar pada Minggu (22/6/2025). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Dalam tur yang digelar beberapa waktu lalu, kumparan diajak melihat langsung cerita masa kecil B. J. Habibie hingga akhir hayat.
Tur dimulai dari ruang Perpustakaan Habibie & Ainun yang menyimpan lebih dari 5.000 buku, dan berbagai koleksi karya seni. Menurut Archie Wirija, cucu dari kakak BJ Habibie, Ibu Titi Habibie, buku-buku tersebut ibarat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan B. J. Habibie kepada sang ayah sejak kecil.
Salah satu foto keluarga mendiang Presiden ketiga Indonesia, B.J. Habibie. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
"Eyang Rudy (panggilan masa muda B. J. Habibie) sering nanya sama ayahnya. Semua ditanyain segala proses, 'bagaimana air mengalir?', 'kenapa ada mata air?'. Jadi, ayahnya waktu itu, karena anaknya sebanyak ini (sambil menunjuk foto keluarga besar B. J. Habibie) dan mengurus pertanian se-Indonesia Timur daripada dijawab melulu, jadi dikasih buku. Salah satu buku pertamanya adalah "Arroundthe world in 80 days". Buku itu menjadi sahabat dekat Eyang Rudy, sehingga beliau menjadi sering baca buku dan jarang keluar rumah," kata Archie.
Sejak kecil B. J. Habibie sangat senang membaca buku. Bahkan, kebiasaan itu pula yang membuat B. J. Habibie sering sakit-sakitan, karena jarang melakukan aktivitas fisik, seperti pergi bermain di luar rumah. Meski demikian, B. J. Habibie memiliki adik J. E. Habibie atau Fanny Habibie yang menyukai kegiatan fisik.
"Eyang Fanny ini orangnya sangat aktif, eksploratif, jadi yang satu orangnya kutu buku, yang satu aktif, tapi seimbang gitu yang dipelajari Eyang Rudy dari buku bisa dipraktikkan di kehidupan, permainan mereka ini," lanjut Archie.
Taman Intelektual, salah satu tempat favorit mendiang Presiden Ketiga Indonesia, B.J. Habibie berolahraga. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Dari perpustakaan, tur berlanjut ke Taman Intelektual yang menjadi salah satu spot favorit B. J. Habibie untuk berolahraga semasa hidupnya. Menurut Bella, cucu intelektual Wisma Habibie & Ainun, B. J. Habibie sering berjalan-jalan di taman untuk berolahraga.
Di taman tersebut, tersimpan juga patung-patung yang melambangkan nilai pengetahuan dan intelektualitas. Ada empat patung yang disusun sedemikian rupa di taman, yaitu patung The Thinker" karya Rodin, patung "The Thinker" versi cyladic, Patung Ganesha, hingga Patung Bodhisattva.
Dari sekian banyak patung tersebut yang menjadi favorit B. J. Habibie adalah patung "The Thinker".
"Karena Eyang Habibie merasa patung The Thinker itu sangat menggambarkan beliau. Dilihat dari gesturnya yang mendalam, matanya tertutup adalah favorit beliau," ujar Bella.
Selain itu, di sini kamu juga bisa melihat berbagai lukisan yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia hingga toleransi antar-umat beragama.
Ruang tamu tempat mendiang Presiden B.J. Habibie untuk menerima tamu. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Ada lima panel budaya dengan simbol Gunungan (Jawa), Kapal Pinisi (Sulawesi), Rumah Gadang (Sumatra), Batang Garing (Kalimantan), dan Ukiran Suku Asmat (Papua), karya pematung dan seniman Surya Pernawa. Adapun, ornamen langit-langit menggambarkan kekayaan flora dan fauna Indonesia darat dan udara.
Sedangkan ornamen di lantai menggambarkan peta kepulauan maritim Indonesia dengan flora dan fauna laut. Selain itu ada juga lukisan yang menggambarkan agama-agama yang ada di Indonesia, mulai dari lukisan Hindu-Buddha, lukisan Masjid Baiturrahman, kedatangan Islam melalui pedagang China, serta Katedral Jakarta, Bogor, dan Gereja Blenduk.
"Bahkan waktu itu, tamu-tamu B. J. Habibie sampai takjub melihat begitu toleransinya beliau, karena menampilkan lukisan-lukisan dari beberapa agama sekaligus," tutur Bella.
Koleksi Pribadi Habibie & Ainun
Koleksi pakaian kepresidenan mendiang Presiden B.J. Habibie dan istri Ibu Ainun. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Bergeser ke ruangan lain, kumparan juga diajak melihat langsung koleksi pakaian kepresidenan, hingga safari yang digunakan Presiden B. J. Habibie dan Ainun. Menurut Bella, ada beberapa kebiasaan unik B. J. Habibie dan Ainun dalam berpakaian.
B. J. Habibie dikatakan membordir namanya di dalam jas saat dilantik sebagai presiden. Enggak hanya itu, saat berada di Jerman, B. J. Habibie juga memesan sepatu dengan hak, agar bisa mengimbangi tinggi orang Jerman.
"Beliau kan orangnya mungil, ya. Jadi saat memesan sepatu beliau memilih sepatu ber-hak, agar bisa menyamai tinggi-tinggi orang di sana," katanya.
Sementara itu, untuk Ibu Ainun, memiliki satu kebiasaan unik, yaitu memiliki tiga pasang sepatu yang sama yang tersebar di beberapa tempat.
"Yang pertama ada di rumah yang ada di Jakarta, yang berikutnya untuk rumah yang ada di Bandung, kemudian yang satunya lagi untuk rumah yang ada di Jerman," ungkap Bella.
Ruang tamu tempat mendiang Presiden B.J. Habibie untuk menerima tamu. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Alasan Ainun memiliki tiga pasang sepatu untuk ditaruh di beberapa rumahnya adalah agar ketika bepergian, ia tidak perlu mengemas begitu banyak barang.
Tur kemudian dilanjutkan ke Pendopo Habibie & Ainun, di mana pengunjung dapat melihat langsung saksi bisu peristiwa bersejarah, termasuk pertemuan kabinet terkahir Orde Baru. Di area ini B. J. Habibie menerima tamu kenegaraan, maupun tamu pribadi.
Pendopo Habibie & Ainun terkenal, karena sering digunakan untuk tradisi open house saat Idul Fitri yang dapat dihadiri masyarakat umum. Area pendopo dibangun pada tahun 1978, sedangkan aulanya dibangun pada tahun 1992.
Suasana Wisma Habibie & Ainun, di Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (16/1/2025). Foto: Giovanni/kumparan
Tur ditutup dengan kunjungan ke Ruang Memorial yang jadi tempat persemayaman Habibie & Ainun, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Menariknya, di sini pengunjung juga akan diajak untuk mencium aroma parfum yang dikenakan B. J. Habibie melalui selendang atau sapu tangan yang selalu dibawa ke mana-mana.
Buat yang tertarik mengunjungi tempat ini, kamu bisa datang langsung ke Wisma Habibie & Ainun. Lokasinya terletak di Jalan Patra Kuningan XIII, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Harga Tiket dan Jadwal Tur:
Harga tiket reguler Rp 175 ribu per orang.
Harga tiket khusus Rp 150 ribu per orang (minimal 10 orang).
Buka setiap Rabu, Sabtu, dan Minggu pukul 10.00-18.00 WIB.
Sesi Tur: Pagi (09.30-11.30 WIB), Siang (13.00-15.00 WIB), dan Sore (15.30-17.30 WIB) .