Ilustrasi perempuan jalan kaki. Foto: Shutterstock
Biasanya setelah makan, rasa kantuk datang dan kita pun tergoda untuk langsung rebahan. Apalagi sehabis makan siang di tengah jadwal yang padat, rebahan terasa jadi pilihan paling nyaman. Tapi ternyata, kebiasaan ini kurang baik untuk kesehatan, lho.
Tanpa disadari, apa yang kita lakukan setelah makan dapat berperan besar dalam proses pencernaan. Oleh karena itu, penting untuk memilih aktivitas yang bisa membantu kerja sistem pencernaan, bukan malah menghambatnya.
Salah satu aktivitas ringan yang sempat ramai dibicarakan adalah tren "fart walk". Tren yang yang viral di media sosial ini dipopulerkan oleh Mairlyn Smith, penulis buku Peace, Love & Fibre. Mengutip Food & Wine, Smith menyebut bahwa fart walk alias jalan kaki setelah makan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, mulai dari membantu mengatur gula darah hingga menurunkan risiko diabetes. Tapi, benarkah klaim ini?
Beberapa ahli sepakat bahwa jalan kaki setelah makan bisa memberikan manfaat nyata bagi sistem pencernaan. Ali Chappell, PhD, RD, ahli gizi sekaligus spesialis endokrinologi reproduksi, mengatakan bahwa berjalan kaki selama 10 hingga 15 menit setelah makan dapat membantu melepaskan gas dari saluran pencernaan.
Hal ini juga diperkuat oleh temuan dalam jurnal Gastroenterology and Hepatology From Bed to Bench yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan setelah makan efektif meredakan gejala seperti sendawa dan perut kembung.
Senada dengan temuan tersebut, ahli gizi Vandana Sheth, RDN, menjelaskan bahwa gerakan ringan setelah makan mampu merangsang pergerakan usus yang membantu mengurangi rasa kembung dan ketidaknyamanan di perut.
Tak hanya meredakan perut kembung, jalan kaki setelah makan juga bisa membantu menstabilkan gula darah. Setelah makan karbohidrat seperti nasi atau kentang, tubuh akan mengubahnya menjadi glukosa yang masuk ke aliran darah untuk digunakan sebagai energi atau disimpan. Namun, proses ini bisa memicu lonjakan gula darah, terutama saat asupan karbohidratnya terlalu tinggi.
Inilah sebabnya aktivitas ringan seperti berjalan kaki setelah makan bisa sangat membantu. Menurut Sheth, berjalan kaki setelah makan dapat membantu mengontrol respons tubuh terhadap gula. Saat otot pada tubuh bergerak, glukosa dalam darah dapat diserap lebih cepat sehingga kadar gula akan tetap stabil.
"Jadi, ketika anda berjalan setelah makan, otot-otot anda pada dasarnya menarik glukosa itu keluar dari aliran darah dan memanfaatkannya sebagai energi. Otot-otot ini akan bertindak seperti spons, menyerap glukosa ekstra untuk energi alih-alih membiarkan glukosa melonjak dalam darah," jelas Sheth, dikutip dari Food & Wine.
Sheth juga menambahkan bahwa berjalan kaki setelah makan bisa memberikan manfaat lain, yaitu membantu menurunkan risiko diabetes tipe 2. Kebiasaan ini akan melatih tubuh untuk lebih sensitif terhadap insulin sekaligus mencegah lonjakan gula darah.
Ilustrasi makan pakai tangan. Foto: Shutterstock
Kalau kamu tertarik mencoba jalan kaki setelah makan, para ahli menyarankan agar tidak dilakukan terlalu lama. Dilansir Healthline, ahli gastroenterologi Kenneth Brown, mengatakan bahwa durasi berjalan yang ideal adalah sekitar 10 hingga 30 menit dengan kecepatan yang nyaman. Kecepatan ini penting agar tubuh tetap rileks sehingga sistem pencernaan bisa bekerja secara optimal.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam dan gastroenterologi, David D. Clarke, MD, merekomendasikan agar aktivitas berjalan kaki ini bisa dilakukan sekitar 60 hingga 90 menit setelah makan besar. Hal ini dilakukan supaya tubuh punya waktu memulai proses pencernaan dengan lebih optimal.
Nah, mulai sekarang kamu juga bisa mencoba berjalan kaki ringan setelah makan. Siapa tahu, setelah itu tubuh bisa jadi lebih nyaman dan kamu dapat terhindar dari risiko gangguan kesehatan seperti di atas. Jalan kakinya juga tidak perlu lama-lama, cukup beberapa menit saja dan usahakan dilakukan dengan konsisten, ya.