Wamendikdasmen Fajar Riza didampingi Dirjen Kemendikdasmen Gogot Suharwoto dalam Forum Bersama Pengawasan SPMB di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan bahwa antrean panjang yang sempat terjadi dalam proses verifikasi pin Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Surabaya disebabkan adanya miskomunikasi antara pihak penyelenggara dan masyarakat.
Video antrean panjang di SMAN 8 Surabaya hingga ke jalanan itu sebelumnya viral di media sosial. Orang tua dan murid bahkan datang sejak dini hari untuk mengantre pin SPMB.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikdasmen, Gogot Suharwoto, menyebutkan bahwa kasus tersebut telah selesai ditangani oleh pemerintah daerah setempat.
"Sudah diselesaikan, Pak Wali juga sudah memutuskan, Pak Wakil Gubernur juga bahkan turun ya," jelas Gogot.
Menurutnya, antrean terjadi karena masyarakat belum sepenuhnya memahami mekanisme verifikasi PIN yang sebenarnya. Ia menyebutkan bahwa proses verifikasi tidak harus dilakukan di sekolah tujuan, melainkan bisa di lima hingga sepuluh satuan pendidikan terdekat yang telah ditunjuk.
"Intinya bahwa, antrean itu karena kesalahpahaman yang Pak Indra Azhar bilang, pengguna layanan publiknya sudah diberi tahu bahwa verifikasi PIN itu bisa diambil di lima satuan pendidikan. Nggak harus sekolah yang dituju. Kemudian sudah diperlebar ke sepuluh sekolah yang terdekat. Jadi sudah clear," lanjutnya.
Gogot juga menambahkan salah satu contoh yakni soal antrean sempat terjadi sejak pagi, padahal loket baru dibuka sore hari.
"Pagi itu (sudah ada yang) antre jam 7, padahal loketnya itu sekolahnya dibuka jam 5 sore," ungkap Gogot.
Ia pun menekankan bahwa verifikasi PIN hanya bertujuan memastikan pendaftar benar-benar hadir secara fisik.
"Padahal kalau mau jam 12 itu nggak apa-apa. Itu hanya verifikasi PIN. Intinya itu memastikan bahwa yang daftar itu orang. Bukan demit gitu ya. Benar-benar orang datang, verifikasi ada orangnya," ujarnya.
Menanggapi situasi tersebut, Gogot mengakui perlu adanya sosialisasi agar masyarakat lebih memahami prosedur dari SPMB.
"Sederhana sebenarnya. Tapi ya karena tadi, mungkin sosialisasi perlu kita persiapkan lagi dengan teman-teman, supaya orang tua tidak ada kesalahpahaman terhadap aturan yang sudah ditetapkan di daerah," tutupnya.