Ilustrasi janin dengan tali pusat. Foto: Sopotnicki/Shutterstock
Anemia masih menjadi salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia, tidak terkecuali anak-anak. Bahkan, menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 38,5 persen anak usia di bawah lima tahun mengalami anemia, dan 50 persen di antara jumlah tersebut adalah anemia defisiensi besi (ADB).
Nah Moms, salah satu cara mencegah bayi terkena anemia defisiensi besi bahkan sudah bisa dilakukan sejak hari kelahirannya. Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K), sebuah penelitian mengungkap manfaat baik dari penundaan jepit tali pusat saat bayi lahir.
Perlu diketahui, tali pusat akan dijepit lalu dipotong dengan alat yang sudah disediakan. Nantinya, pembuluh darah pada tali pusat akan menutup dengan sendirinya.
"Ada satu penelitian, biasanya kalau bayi lahir operasi, misalnya, lahir oleh dokter kebidanan, begitu lahir langsung dijepit tali pusatnya, langsung dipotong. Ada juga penelitian tunggulah 1-3 menit, paling tidak satu menit," ujar Prof. Parlin dalam sebuah webinar yang diselenggarakan IDAI, Selasa (17/6).
Menurut Prof. Parlin, cara ini akan memungkinkan lebih banyak darah yang masuk ke dalam tubuh bayi, serta mengurangi risiko bayi mengalami kekurangan zat besi dan anemia.
"Supaya aliran darah dari ibu melalui plasenta ke dalam tali pusat bayi lebih lama. Sehingga lebih banyak darah yang masuk ke dalam tubuh bayi. Sehingga risiko status besinya rendah akan terhindari," ucap dia.
Tetapi, cara ini kemungkinan tidak bisa diterapkan pada semua bayi, mengingat setiap kondisi persalinan bisa berbeda-beda. Termasuk melihat apakah terjadi masalah pada saat kelahiran bayi.
Inisiasi Menyusu Dini atau IMD. Foto: Shutterstock
"Kalau pada waktu dia lahir ada suatu masalah mungkin enggak terlalu terpikirkan [ditunda jepit tali pusat]. Tapi kalau itu elektif [kelahiran yang direncanakan], proses kelahirannya akan sangat mudah dilakukan," jelas Prof. Parlin.
Umumnya, pada bayi yang lahir normal tanpa kendala, maka dokter bisa meletakkan bayi beberapa saat di atas tubuh ibunya, dan tidak langsung dilakukan pemotongan tali pusat.
Dampak Kekurangan Zat Besi di Awal Kehidupan Bayi
Nah Moms, kekurangan zat besi pada bayi bisa memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang si kecil. Misalnya, pada perkembangan otak, dua tahun pertama merupakan waktu yang krusial. Namun, bila bayi kekurangan zat besi atau hemoglobin (hB) di bawah normal dapat membuat bayi rentan mengalami defisit zat besi.
"Efek anemia ke depannya akan terjadi gangguan perkembangan motorik, kemampuan kognitif yang akan berkurang, gangguan perilaku, gangguan pendengaran, dan gangguan mielinasi di otak. Dan ini sifatnya irreversible (tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula)," tuturnya.
Kemudian dampaknya secara meluas juga dapat memengaruhi kemampuan prestasi belajar di sekolah. Lantas, bagaimana mencegah dan menurunkan prevalensi ADB di Indonesia?
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat itu menyebut pemberian ASI sejak bayi lahir begitu penting dan wajib diberikan. Kemudian, MPASI juga harus mengandung bahan-bahan dengan kandungan besi yang cukup baik. Makanan yang terfortifikasi pun juga boleh saja diberikan.
"Upaya kan kita dapat memberikan makanan atau buah-buahan yang dapat meningkatkan absorbsi besi. Tapi yang paling penting dari semuanya adalah suplementasi besi yang tadi 1 ml per kg per hari tetap diberikan setiap hari pada bayi 0-24 bulan," jelas Prof. Parlin.