Seperti yang diungkapkan FS (26) seorang warga Manado yang awal pekan ini berhasil dicegat pihak kepolisian saat hendak berangkat ke Kamboja dengan sebelumnya transit di Jakarta.
Menurut FS, dia mendapatkan penawaran gaji hingga Rp 11 juta per bulan yang bisa bertambah jika dia berhasil mencapai target yang diberikan oleh perusahaan tempat dia akan bekerja.
"Yang pasti karena tergiur dengan gaji besar karena sampai Rp 11 juta. Sementara kalau di sini (Manado), gaji kadang tidak sampai UMP dan jam kerja sangat panjang," ujar FS.
FS juga mengaku jika untuk mencari kerja di Manado itu sangat susah. Menurutnya, dia sudah beberapa kali melamar kerja tapi tidak pernah tembus.
"Kalau ke Kamboja, kita hanya kasih KTP dan foto, sudah diterima," kata FS.
Lebih lanjut, FS mengaku jika memang sempat takut karena banyaknya kabar tentang kekerasan berujung kematian yang dialami para pekerja migran ilegal saat di Kamboja.
Namun, FS mengaku jika tekadnya menjadi bulat untuk tetap menuju ke Kamboja, karena sudah ada temannya yang terlebih dahulu berada di Kamboja dan memiliki cerita sukses.
Selain itu, temannya tersebut juga menjelaskan jika tidak semua tempat ada kejadian kekerasan seperti yang diangkat di media sosial.
"Takut sebenarnya, tapi diyakinkan teman kalau di perusahaan yang ini tidak ada kekerasan. Hanya potong gaji kalau tidak capai target," ujarnya lagi.
Sementara AP (22) seorang perempuan yang telah memiliki anak usia dua tahun, mengaku bersama suaminya menerima pekerjaan ke Kamboja karena upah yang dijanjikan lebih besar dibandingkan dengan upah yang diterima dia sebagai seorang penjaga toko di Manado.
Menurutnya, upah di Manado sangat rendah dan berada di bawah UMP. Bahkan menurutnya, upahnya sangat jauh dari kata layak untuk seorang yang telah berkeluarga dan memiliki anak.
"Saya sempat mencari tempat kerja lain, tapi sangat sulit masuk. Karena saya mungkin tak punya koneksi. Memang sekarang susah sekali kerja. Sementara, bekerja sebagai penjaga toko pakaian di Manado itu upahnya jauh dari UMP, padahal saya sudah punya anak," kata AP.
Untuk itu, ketika ada tawaran masuk untuk bekerja di Kamboja sebagai admin Judi Online (Judol), AP merasa tertarik. Apalagi persyaratan yang diberikan sangat mudah untuk dirinya. Menurut dia juga, saat proses wawancara tak ada pertanyaan yang aneh sehingga dia mampu menjawab dan diterima.
"Gaji yang ditawarkan itu Rp 11 juta per bulan. Mereka juga bilang dapat tempat tinggal, ada laundry untuk pakaian dan dapat makan tiga kali sehari. Kami juga akan diberikan bonus kalau bisa capai target," ujar AP kembali.
Sementara itu, Kepala BP3MI Sulut, Syachrul Afriyadi, menyebutkan jika Sulawesi Utara masuk di zona merah untuk pengiriman pekerja migran ilegal ke Kamboja. Menurutnya, para perekrut masih menggunakan pola lama dengan menggunakan media sosial untuk memberikan penawaran yang menggiurkan.
"Perekrutan dilakukan secara daring oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka diiming-imingi gaji besar dengan berbagai fasilitas. Kami terus ingatkan jika Sulut kini sudah masuk zona merah untuk pengiriman ilegal ke Kamboja," kata Syachrul kembali.