Ilustrasi minum kopi di pagi hari Foto: Shutter Stock/
Berapa kali kamu minum kopi dalam sehari? Pertanyaan ini mungkin cocok bagi kamu yang tiap harinya enggak bisa lepas dari kopi. Mulai dari pagi hari sebelum aktivitas, saat istirahat siang, hingga malam saat lembur, kopi selalu jadi teman setia. Bukan cuma karena rasanya yang nikmat, tapi juga karena kandungan kafeinnya yang bisa bikin mata melek dan tubuh lebih berenergi.
Kopi, terutama kopi hitam, bahkan sering dianggap sebagai minuman sehat. Tanpa tambahan gula dan krimer, minuman ini rendah kalori dan dipercaya punya banyak manfaat. Beberapa orang bahkan rutin minum kopi sebelum olahraga karena diyakini bisa membantu meningkatkan performa.
Tapi meski terlihat menyehatkan, ternyata tidak semua orang bisa merasakan manfaat kopi dengan cara yang sama. Dikutip dari Prevention, sebuah studi baru justru menunjukkan bahwa ada sebagian orang yang justru berisiko mengalami gangguan fungsi ginjal jika terlalu sering minum kopi.
Studi tersebut mengungkap bahwa risiko gangguan fungsi ginjal bisa meningkat pada orang-orang yang punya varian gen rs762551 dari gen CYP1A2. Gen ini membuat tubuh memproses kafein lebih lambat dari biasanya. Individu dengan kondisi ini disebut sebagai slow caffeine metabolizers, dan diperkirakan gen ini dimiliki oleh sekitar separuh populasi dunia.
Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open ini melibatkan lebih dari 600 orang berusia 18 hingga 45 tahun, yang dipantau selama 7,5 tahun. Seluruh partisipan merupakan pasien hipertensi tahap awal yang belum menjalani pengobatan.
Mereka dikelompokkan berdasarkan kebiasaan konsumsi kopi, ada yang minum kurang dari satu cangkir per hari, ada yang minum satu hingga tiga cangkir, dan sebagian kecil minum lebih dari tiga cangkir setiap hari.
Hasilnya cukup mengejutkan. Mereka yang memiliki metabolisme kafein lambat dan mengonsumsi tiga cangkir atau lebih kopi per hari, ditemukan memiliki risiko yang jauh lebih tinggi terhadap gangguan fungsi ginjal. Risiko kelebihan protein dalam urine meningkat 2,7 kali lipat, risiko laju filtrasi ginjal abnormal meningkat 2,5 kali lipat, dan risiko hipertensi meningkat 2,8 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi kopi sebanyak itu. Sebaliknya, pada orang-orang dengan metabolisme kafein yang cepat, tidak ditemukan kaitan antara konsumsi kopi dengan gangguan-gangguan tersebut.
Melissa Prest, DCN, RDN, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics sekaligus anggota Prevention Medical Review Board, menyebutkan bahwa bagi kebanyakan orang, minum kopi umumnya aman. Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah sedang, sekitar dua cangkir atau lebih per hari, justru dikaitkan dengan risiko penyakit ginjal yang lebih rendah.
Namun, bagi penderita penyakit ginjal, ada hal penting yang perlu diperhatikan. Prest menjelaskan bahwa kekhawatiran terbesar adalah kandungan kalium dalam kopi. Karena penderita penyakit ginjal kronis biasanya harus menjalani diet rendah kalium, mereka perlu membatasi asupan kopi sesuai kondisi tubuhnya.
Ilustrasi kopi Foto: Shutter Stock
Selain itu, kafein sebagai stimulan dalam kopi juga perlu diwaspadai. Kafein dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan merangsang sistem saraf untuk memecah lemak. Namun bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau gangguan ginjal, konsumsi kafein berlebihan dapat memperburuk kondisi dengan menaikkan tekanan darah.
Lalu, berapa banyak kopi yang sebaiknya dikonsumsi?
Menurut Prest, asupan kafein yang disarankan bagi orang dewasa sehat tidak lebih dari 400 mg per hari, atau setara dengan sekitar empat cangkir kopi. Konsumsi di atas 600 mg per hari sudah tergolong berlebihan. Namun, batas ini bisa berbeda-beda tergantung kondisi individu. Misalnya, bagi wanita hamil atau mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari dua cangkir kopi sehari karena risiko kenaikan tekanan darah akibat kafein.
Kecepatan tubuh dalam memetabolisme kafein juga berperan besar dalam dampaknya terhadap ginjal. Gen CYP1A2 diketahui mengatur kecepatan metabolisme kafein. Orang dengan varian gen ini cenderung merasakan efek kafein lebih lama, bisa sampai empat jam setelah minum kopi. Mereka juga lebih rentan mengalami gejala seperti gelisah, jantung berdebar, sakit perut, sulit tidur, hingga sering buang air kecil.
Meski demikian, ini bukan berarti mereka yang metabolisme kafeinnya lambat harus sepenuhnya menghindari kopi. "Mereka tetap bisa menikmati kopi dalam jumlah kecil, dan sebaiknya dikonsumsi di pagi hari," jelas Prest dikutip dari Prevention, Kamis (22/5).