Menjadi Pemimpin Hebat: Rendah Hati, Ambisius, dan Fokus pada Misi
Ilustrasi pemimpin perusahaan. Foto: Shutterstock
Ada referensi lama, buku berwarna merah menyala, dengan judul: Good to Great, ditulis oleh Jim Collins (2001). Ringkasnya buku ini bercerita bahwa organisasi yang hebat (ditandai dengan kinerja unggul dalam jangka panjang), ternyata hanya sedikit. Selain itu, organisasi (bisnis) ternyata ada kesamaannya, yaitu dipimpin oleh pribadi yang masuk kategori Level 5 Leaders.
Collins menjelaskan karakter Level 5 Leaders dengan uraian yang menarik: "Level 5 leaders display a powerful mixture of personal humility and indomitable will. They're incredibly ambitious, but their ambition is first and foremost for the cause, for the organization and its purpose, not themselves." Level 5 Leaders, katanya, adalah suatu paradoks: sebagai pribadi memiliki kerendahatian luar biasa, tetapi sebagai professional ambisinya untuk meraih prestasi sangat kuat.
Suatu kombinasi yang memang tidak semua orang dapat mencapainya. Kebanyakan orang malah berperilaku sebaliknya. Makin berprestasi makin besar ambisinya. Makin punya kekuatan, makin tinggi jabatan, banyak pribadi yang terpeleset pada sikap congkak dan arogan. Tak mau mendengar, menepuk dada tak berkesudahan, dan mengabaikan peran dan kontribusi orang-orang sekitarnya. Pemimpin seperti ini, yang banyak muncul di mana-mana, oleh Stephen Covey (1989) disebut sebagai Self-Centered Leaders.
Sangat kontras dengan pemimpin yang selalu fokus pada dirinya, nilai-nilai dan karakter Level 5 Leaders menggambarkan kematangan dari seorang. Pemimpin level 5 pada umunya: 1) santun dan rendah hati, 2) selalu introspeksi (paham kelebihan dan kekurangan diri), 3) fokus pada misi utama organisasi yang dipimpinnya, bukan pada dirinya, 4) tak berhenti belajar, mendalami hal-hal baru, dan 5) tak kenal lelah berjuang mengerjakan yang benar, bukan hal yang mudah. Demikian kuatnya karakter seorang level 5 leader sehingga mereka disebut sebagai eksekutif yang matang (mature executives).
Kalau ada level 5, bagaimana dengan level 1 sampai dengan 4? Ternyata ada predikatnya masing-masing. Pada level 1, seorang professional yang hebat mendapat predikat highly capable individuasl; level 2 disebut contributing team members; level 3 diberi predikat capable managers; dan level 4 adalah mereka yang disebut sebagai effective leaders. Galibnya, setiap orang berkesempatan mendaki proses pengembangan diri sejak level 1 menuju level 5 dengan penuh kesadaran.
Akan tetapi, yang sering terjadi, banyak pribadi-pribadi yang tidak tahan mendaki. Tengoklah di kanan dan kiri, betapa kekuasaan sering menjadi "the killing field" para professional yang pada mulanya tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai luhur. Tetapi, baru sampai di pertengahan proses menuju puncak, mereka mabuk kuasa, dan hilang orientasi.
Belum sampai tujuan, sudah tergoda oleh vested interest, sikap arogan, mentang-mentang kuasa, dan tak bisa menahan nafsu mereguk keleluasaan (diskresi) yang tidak dialaminya pada waktu menjadi bawahan. Akibatnya, bukannya menyelesaikan tugas dengan penuh harga diri, malah membuang kredibilitas yang menyebabkan karirnya terhenti.
Teman-teman profesional, selalulah mawas diri. Jalankan ajaran-ajaran dan wisdom yang terkesan kuno. "ajining diri saka lathi" orang dihormati karena tutur katanya. "Aja adigang adigung" (jangan sok kuasa atau merasa pintar), "aja dumeh" (jangan mentang-mentang). Dalam setiap peran dan posisi yang kita jalankan, selalulah bersikap rendah hati. Berwibawa bukanlah hasil dari merendahkan orang lain, melainkan dari rasa hormat kita kepada sesama. Tegas tidak harus semena-mena, tetapi bisa ditunjukkan dengan menjaga kata-kata.
Menjadi atasan tak berarti menjulang sendirian bak tiang bendera, tetapi bisa juga berdiri sama tinggi-duduk sama rendah, sebagaimana dirijen orkestra. Menjadi pemimpin yang rendah hati, dengan tetap komit pada pencapaian mission, sering disebut sebagai keahlian tertinggi para pemimpin (the ultimate leadership skills). Tetap berprestasi, tetap direspeki. Apabila tidak percaya, silakan dicoba.