Menunaikan rukun Islam kelima, berhaji ke tanah suci, menjadi dambaan bagi umat muslim, tak terkecuali Diyem Wiryo Rejo, jemaah haji kloter 47 dari Gedongan, Kota Mojokerto. Lansia berusia 65 tahun ini dapat berangkat ke tanah suci dari jerih payahnya sebagai penjual jamu keliling.
"Alhamdulillah, setelah mendaftar haji pada tahun 2012, tahun 2025 ini saya dapat berangkat ke tanah suci. Senang dan bersyukur sekali rasanya," tutur Diyem.
Sebelum dapat mendaftar haji pada tahun 2012, Diyem rutin menabung sedikit demi sedikit di rumah. Setelah terkumpul sejumlah satu juta rupiah, uang tabungannya ia simpan di bank.
"Saya kumpulkan uang sedikit demi sedikit di rumah untuk ditabung. Kalau lagi ada rezeki, satu bulan sudah terkumpul uang satu juta rupiah. Kalau belum ada, ya bisa berbulan-bulan baru bisa terkumpul satu juta. Kalau sudah satu juta, saya tabung ke bank," cerita ibu tiga anak ini.
Setelah menabung kurang lebih sepuluh tahun, dia dapat mengumpulkan uang Rp 25 juta dan dia pun mendaftar haji.
"Saya mendaftar haji bersama suami. Kebetulan beliau pun ada tabungan untuk mendaftar haji dari hasil pekerjaannya sebagai penjual nasi goreng," terangnya.
Diyem menceritakan sejatinya dia sudah memiliki keinginan berhaji sejak lama namun belum menjadi keinginan kuat.
"Ketika saya menabung itu, teman saya bilang kalau kamu ada tabungan, buat daftar haji saja. Dari situ saya timbul keinginan kuat untuk mendaftar haji," tuturnya.
Dari hasil mendorong gerobak jamunya, Diyem dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp 100 ribu hingga Rp200 ribu per hari.
"Namanya juga jualan, kalau waktu sepi ya tidak segitu. Penting balik modal," ujar perempuan kelahiran Kota Solo ini.
Dia bersyukur dengan keuntungan yang diperolehnya sekarang dia dapat menabung untuk melunasi biaya haji.
"Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Ingat waktu saya awal-awal jualan jamu pada usia sebelas tahun, sekitar tahun 1970. Saya lebih susah saat itu karena jualan jamu gendong. Anak-anak seusia saya masih senang main, saya sudah jualan jamu gendong keliling. Kalau lama tidak ada yang beli, saya duduk dulu. Berat kan," kenangnya.
Kini, setelah 55 tahun menjual jamu, Mbah Diyem mendapat karunia tak ternilai yakni menjadi tamu Allah ke tanah suci.
"Sampai sekarang masih jualan. Ini libur karena naik haji. Kalau tidak jualan badan rasanya pegal semua. Anak-anak sudah melarang tetapi Alhamdulillah badan saya masih sehat dan bisa mandiri. Semoga di tanah suci nanti saya dan suami juga diberikan kemudahan dalam beribadah," harapnya.
Mbah Diyem pun telah terbang ke tanah suci pada Kamis (15/5) pukul 10.20 WIB.