Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta tengah mengikuti pembelajaran di kelas anatomi. Foto: Yusufhay/Pandangan Jogja
Fakultas Kedokteran Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (FK UNISA) menanamkan karakter Islami secara menyeluruh dalam proses pendidikan calon dokter. Program ini mencakup hafalan Juz 30, pembiasaan sedekah, serta pelatihan etika profesi kedokteran.
Hal itu disampaikan oleh Dekan FK UNISA, dr. Joko Murdiyanto, saat ditemui Pandangan Jogja di UNISA Yogya pada Senin (5/5).
"FK UNISA bagian dari amal usaha Muhammadiyah. Maka pendidikannya tak hanya membentuk dokter yang kompeten secara medis, tapi juga kader umat dan bangsa yang peka, peduli, dan bertanggung jawab," jelas Joko.
Dalam kurikulum FK UNISA, mahasiswa didorong menghafal surat-surat pendek Al-Qur'an sesuai tahapan blok belajar. Di akhir masa studi, mereka ditargetkan menghafal seluruh Juz 30 dalam Al-Qur'an. Sebelum pembelajaran, mahasiswa rutin membaca Al-Qur'an dan berdoa bersama. Mereka juga dibiasakan untuk bersedekah setiap kelas melalui kotak amal keliling.
"Kita sampaikan, uang seribu bagi Anda (mahasiswa) barangkali tidak ada artinya. Tapi bagi saudara kita yang duafa itu luar biasa. Sedekah ini bagian dari pembiasaan untuk apa? Untuk peduli kepada yang lain, untuk mengutamakan kepentingan yang lain. Sifat altruism seorang calon dokter itu harus kuat. Karena salah satu yang menonjol dari dokter itu altruism, mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri," lanjutnya.
Dekan FK UNISA, dr. Joko Murdiyanto, saat ditemui Pandangan Jogja pada Senin (5/5). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Etika profesi juga ditanamkan kuat. FK UNISA mewajibkan dosen-dosen, baik dokter maupun non-dokter, mengikuti workshop SKKTM (Standar Karakter Kompetensi Dokter Muhammadiyah), termasuk pelatihan nilai-nilai etika berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Dokter Muhammadiyah, kata Joko, wajib memahami sekaligus mengamalkan sumpah dokter dan empat kewajiban etik: kepada umum, pasien, sejawat, dan diri sendiri.
"Kalau kita baca di Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) itu ada 4 kewajiban: Pertama, kewajiban secara umum. Yang kedua, kewajiban kepada pasien. Yang ketiga, kewajiban kepada teman sejawat. Yang keempat, ada kewajiban kepada diri sendiri," tuturnya.
"Bahkan kepada diri sendiri pun ada kewajiban. Harus selalu mengembangkan diri. Harus selalu belajar-belajar berapa pun umurnya karena belajar itu salah satu ciri seorang yang namanya profesional termasuk dokter, jadi tidak akan ketinggalan ilmu," tutupnya.
Gedung Siti Bariyah Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta. Foto: Resti D/Pandangan Jogja