Festival Pacu Jalur yang menjadi tradisi budaya tahunan terbesar masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau jadi sorotan dunia. Lomba dayung tradisional tersebut viral berkat tren "Aura Farming" yang memperlihatkan aksi anak-anak penari jalur yang meliuk-liuk lincah di ujung perahu.
Perlombaan mendayung ini menggunakan perahu dari kayu gelondongan, alias kayu utuh tanpa sambungan. Oleh masyarakat Riau, perahu tersebut dikenal dengan nama "jalur".
Para tokoh dunia seperti mantan bintang PSG Neymar sampai maskot AC Milan menari seraya menirukan para penari atau anak kecil pacu jalur. Selain dilakukan oleh tokoh dunia. Pacu jalur merupakan salah satu tradisi atau budaya khas Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), berikut adalah fakta menariknya.
1. Tradisi Lebih dari 100 Tahun
Festival Pacu Jalur di Riau. Foto: Shutterstock
Pacu jalur merupakan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan lebih dari 100 tahun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing. Pada abad ke-17, jalur hanya digunakan sebagai alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal sepanjang aliran Sungai Kuantan.
Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur yang digunakan sebagai alat transportasi tersebut semakin berkembang. Baik itu muncul jalur yang dihias dengan ukiran indah dan khas, dilengkapi payu, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat khusus bagi juru mudi berdiri).
Perkembangan tersebutlah yang akhirnya "melahirkan" lomba adu cepat antar jalur, atau saat ini dikenal sebagai nama Festival Pacu Jalur.
Faktanya, tradisi turun-temurun ini memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam. Baik itu dari segi pembuatan perahu, hingga makna di setiap gerakan sang penari saat Pacu Jalur. Ditambah lagi, pembuatan jalur tidak dilakukan sembarangan.
Sebelum mengambil kayu besar, seluruh masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghormati dan meminta izin kepada hutan belantara saat mengambil kayu yang besar.
Satu jalur bisa menampung 50-60 orang (anak pacu), dan setiap orang di perahu memiliki tugas masing-masing. Baik itu Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), dan Tukang Onjai (pemberi irama dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki yang berada di posisi paling depan.
4. Diisi Anak-anak
Ilustrasi Pacu Jalur. Foto: Asep Ykl/Shutterstock
Menariknya, posisi Tukang Tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah. Uniknya, gerakan yang dilakukan Anak Coki memiliki makna tersendiri. Anak Coki menari di depan jalur kalau perahu yang dikendarainya unggul. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu.
5. Bagian dari Festival Penting di Indonesia
Festival Pacu Jalur di Riau. Foto: Shutterstock
Festival Pacu Jalur menjadi salah satu bagian dari 110 event dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2023. Berlangsung selama 4 hari, Festival Pacu Jalur sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia, dan menjadi topik hangat di media sosial. Tak hanya karena seru, popularitas Festival Pacu Jalur melejit berkat aksi penari cilik yang asyik joget di atas perahu.
Menggabungkan unsur olahraga dan seni yang sangat indah, tidak heran jika Festival Pacu Jalur menjadi salah satu festival budaya terbaik di Indonesia yang sukses menarik perhatian wisatawan. Menurut data dari Provinsi Riau, Festival Pacu Jalur berhasil menarik kunjungan 1,3 juta orang.