Ilustrasi biji kopi Indonesia. Foto: Auliya Rahman/ANTARA FOTO
Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga sedunia setelah Vietnam dan Brasil. Jumlah ekspornya mencapai lebih dari 1.000 ribu ton hingga tahun 2024.
Di luar negeri, kopi dari Indonesia diserap oleh berbagai industri termasuk Starbucks. Sejak lama, Starbucks membeli kopi Sumatera karena diminati pembeli dari seluruh dunia.
Di Indonesia, kopi yang dibeli dari petani lokal ini sudah dilakukan sejak tahun 1971. CEO Starbucks Internasional Brady Brewer, mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial baik untuk biji kopi maupun pelanggan di kedai.
"Kami sangat berkomitmen terhadap Indonesia. Banyak orang tidak tahu bahwa kami sudah bekerja sama dengan petani Indonesia selama lebih dari 50 tahun," ujar CEO Starbucks Internasional, Brady Brewer dalam wawancara bersama kumparan, Selasa (10/6).
CEO Starbucks Internasional, Brady Brewer. Foto: Dok. Starbucks
Kopi Sumatera memiliki rasa yang unik, ia punya body yang tinggi dan tidak terlalu asam. Saat diseduh, kopi ini mengeluarkan rasa gula merah, pedas hingga aroma tumbuh-tumbuhan.
Potensi ini tentu harus ditingkatkan dan dijaga agar kebun kopi tetap lestari. Para petani di kebun kopi saat ini dihantui perubahan iklim di mana hal ini dapat membuat tanaman kopi rentan terhadap penyakit.
Dataran tinggi Karo, Dairi, Simalungun dan Pakpak Bharat menjadi salah satu bagian dari kawasan "Sumatera Arabica Coffee Origins." Daerah ini adalah pemasok utama kopi single origin Sumatera Starbucks untuk seluruh dunia.
Wilayah ini punya peran penting dalam upaya Starbucks mendapatkan kopi berkualitas tinggi. Biji kopi Sumatera menjadi bahan utama dari banyak kopi yang dicintai dan merupakan bahan dari salah satu kopi single origin mereka yang paling populer.
Di balik kualitas baik kopi ini, ada ancaman senyap yang perlahan membuat petani kesulitan menanam yakni perubahan iklim. Fenomena ini menyebabkan suhu di dataran tinggi naik dan menyebabkan kebun kopi rentan terhadap penyakit misalnya karat daun.
Satu-satunya cara untuk mempertahankan keberadaan kebun ini ialah dengan mendirikan Farmer Support Center (FSC). Dari sini Starbucks bisa memberdayakan petani lewat pemberian alat dan sumber daya yang diperlukan.
Ilustrasi Starbucks. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
"(Dengan ini) mereka bisa mendapatkan hasil maksimal dari kebunnya, untuk meningkatkan hasil panen mereka, agar pohon kopi menghasilkan lebih banyak ceri kopi, dan juga mengajarkan metode bertani yang berkelanjutan, supaya produksi kopi tetap ada hingga masa depan, meskipun lingkungan berubah" kata Brady.
Di FSC, para ahli agronomi bekerja bersama para petani untuk berbagi penelitian, pengetahuan, dan praktik terbaik untuk meningkatkan kualitas tanaman, meningkatkan hasil panen, dan menjaga mata pencaharian mereka.
FSC membantu petani generasi berikutnya untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan profitabilitas tanaman mereka sambil mendukung penerapan C.A.F.E. Practices di seluruh rantai pasok kopi di seluruh dunia.
Di Sumatera, kopi banyak ditanam di pekarangan rumah dan kebun keluarga kecil. Sebagian besar pemrosesan juga dilakukan di sana. Buah ceri dipetik dengan tangan, dikupas, dan dijemur di bawah sinar matahari di atas terpal besar, sering kali di teras rumah keluarga. Setelah biji ceri dikeringkan, para petani lokal mengirimkan hasil panen mereka ke pabrik-pabrik regional.