Kisah Yuni: Petugas Safari Wukuf yang Rawat Lansia saat Puncak Haji - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Kisah Yuni: Petugas Safari Wukuf yang Rawat Lansia saat Puncak Haji
Jun 14th 2025, 12:08 by kumparanNEWS

Yuni Puspita Sari, petugas safari wukuf. Foto: Dok. Istimewa
Yuni Puspita Sari, petugas safari wukuf. Foto: Dok. Istimewa

Ketika Kementerian Agama kembali membuka lowongan petugas safari wukuf untuk musim haji 2025, Yuni Puspita Sari langsung mengajukan diri. Selama 10 hari, dia harus membersamai dan melayani jemaah tersebut selama puncak haji.

Yuni, yang mempunyai latar belakang seorang bidan, merasa terpanggil menjadi bagian dari 120 petugas safari wukuf.

"Saya terbiasa mengurus pasien, tapi tugas ini tidaklah ringan," ujar Yuni di Makkah.

Yuni Puspita Sari, petugas safari wukuf. Foto: Moh Fajri/kumparan
Yuni Puspita Sari, petugas safari wukuf. Foto: Moh Fajri/kumparan

Saat membersamai, merawat, dan melayani mereka, terselip cerita haru dan gembira. Yuni bersama petugas lainnya tak kenal lelah menjaga dan merawat 477 jemaah haji dengan latar belakang dan riwayat kesehatan yang berbeda. Mereka berjibaku melayani jemaah selama 10 hari, yaitu tanggal 1-10 Juni 2025.

Yuni mengungkapkan banyak cerita selama 10 hari di hotel transit safari wukuf. Salah satunya terkait jemaah bernama Rosidah atau dipanggil nenek Rudi. Nenek yang berusia di atas 70 tahun itu mengalami demensia.

Menurut Yuni, Rosidah perilakunya usil. Ia kerap mengambil kunci kamar dan barang para jemaah lainnya dan dibuang di tempat sampah. Rosidah tak melakukannya sendiri, tetapi bekerja sama dengan nenek Maria, jemaah yang juga demensia.

"Akibat usilnya, kami harus mencari barang yang dibuang di tempat sampah tersebut dan dikembalikan ke pemiliknya," ujar Yuni disambut gelak tawa tim Media Center Haji.

Nenek Rosidah super aktif. Walaupun berulang kali diingatkan oleh petugas, Rosidah tidak pernah marah. "Kalau kami tegur, ia tidak marah, happy aja," kata Yuni.

Selain sosok nenek Rosidah dan nenek Maria, ada juga jemaah lainnya yang sehat tapi demensia dan sering berpidato.

"Bapak ini mungkin dulunya seorang guru. Ada juga jemaah lainnya suka baca ayat-ayat Al-quran. Ternyata jemaah ini adalah petani yang hafal Al-quran," ujar Yuni.

Yuni memastikan petugas safari wukuf harus siap 24 jam melayani jemaah. Masing-masing petugas melayani lima jemaah dengan segala latar belakangnya. Setiap jemaah memiliki riwayat yang berbeda-beda.

"Ada yang demensia, kelainan jantung, paru-paru, tuna netra, dan lainnya. Sebagian jemaah mampu melakukan aktivitas sendiri. Namun sebagian jemaah harus dibantu petugas untuk beraktivitas, seperti memandikan, menyeboki, mengganti popok, menggendong, memapah berjalan, menyuapi makanan, hingga mencucikan pakaian jemaah," terang Yuni.

Yuni menjalani tugas tersebut dengan penuh suka. Baginya tak ada yang berat, karena ini adalah misi utamanya, melayani jemaah.

Yuni berupaya memenuhi permintaan jemaah lansia dan disabilitas tersebut, seperti membeli buah atau menu makanan khusus.

"Ada yang minta anggur, ada yang minta bubur, ada yang minta rempeyek. Untungnya dari dapur sigap, sehingga semua permintaan itu terpenuhi," ungkap Yuni.

Yuni dan rekan-rekannya juga kerap menghibur para jemaah. Ia menyebut peserta safari wukuf kerap merasa kesepian dan membutuhkan teman curhat.

"Kami dengarkan curhat mereka. Mereka minta diteleponkan keluarganya, kami teleponkan. Kami bahagia karena mereka senang," kata Yuni.

Untuk menjaga kebugaran dan keceriaan mereka, Yuni mengajak jemaah senam lansia. Selama seminggu melakukan senam ini, mereka tampak lebih sehat. Selama 10 hari merawat 477 jemaah ini, perkembangan jemaah luar biasa. Jemaah yang sebelumnya tidak bisa berjalan, setelah dirawat dengan baik akhirnya bisa berjalan.

"Kami curahkan semua kemampuan kami, kami rawat mereka layaknya orang tua sendiri. Sehingga keadaan mereka menjadi lebih baik," tutur Yuni.

Pada saat menjalani wukuf di Arafah, Yuni bersama seluruh petugas mendampingi dan bersama wukuf dalam bus. Pada waktu wukuf, jemaah ini dibimbing untuk berdoa di Arafah selama 1 jam. Perjalanan dilanjutkan murur di muzdalifah dan tanazul mandiri di hotel transit safari wukuf.

Yuni menceritakan kenangan yang tak terlupakan saat membersamai para lansia ini saat menjalani wukuf.

"Pada saat puncak haji, kita memandikan jemaah dan memakaikan pakaian ihram, serta memberikan mereka vitamin. Kemudian kita berangkat ke Arafah dari hotel transit dan berhenti di Arafah sekitar 1 jam," ungkap Yuni.

Saat wukuf sekitar 1 jam, pembimbing ibadah memandu mereka untuk berdoa. Ketika berdoa ini, kata Yuni, para jemaah menangis, bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah SWT.

"Ketika petugas bimbingan ibadah memandu doa di Arafah dan mengatakan Arafah adalah doa yang mustajab, mereka sontak berdoa dengan menangis, merenungi dosa dan mensyukuri nikmat Allah. Di sini kita merasa sangat terharu," ujar Yuni.

Usai wukuf, bus jemaah melaju pelan ke Muzdalifah untuk murur, sambil melantunkan doa-doa. Setelahnya, jemaah diantarkan kembali ke hotel transit dalam keadaan sehat. Untuk menyempurnakan ibadah jemaah, petugas mewakili lontar jumrahnya dan dilanjutkan tawaf Ifadah.

"Setiap dari kita bertugas mewakilkan lontar jumrah 4-5 jemaah. Kita merasa senang sekali diberikan kepercayaan melayani mereka," ungkap Yuni.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post