May 16th 2025, 13:50, by Nur Khafifah, kumparanMOM
Ilustrasi ibu melahirkan caesar. Foto: martin81/Shutterstock
Menkes Budi Gunadi Sadikin melontarkan wacana untuk melatih dokter umum menjadi dokter obgyn atau kandungan dan ditempatkan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Wacana ini menuai penolakan dari Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Dalam pernyataannya yang ditandatangani Prof. Yudi M. Hidayat, POGI menekankan pentingnya mempertimbangkan kepentingan masyarakat, keselamatan pasien, dan kualitas pelayanan kesehatan dalam setiap kebijakan yang diambil. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
"Dalam upaya menurunkan angka kematian maternal dan perinatal, perlu ada kebijakan yang tidak hanya mempertimbangkan aksesibilitas layanan kesehatan, tetapi juga kualitas dan keselamatan tindakan medis yang dilakukan," tulis POGI.
com-Ilustrasi ibu hamil sedang berkonsultasi dengan dokter Foto: Shutterstock
Berikut 3 hal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menjaga keselamatan masyarakat menurut POGI:
1. Keselamatan Pasien: POGI berpegang pada prinsip bahwa setiap tindakan medis harus dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi sesuai dengan pelatihan yang telah dilalui. Tindakan seperti seksio sesarea merupakan intervensi bedah yang kompleks dan berisiko, sehingga harus dilakukan oleh dokter spesialis obstetri yang terlatih.
2. Kualitas Layanan Kesehatan: POGI menekankan bahwa kualitas pelayanan kesehatan harus menjadi prioritas utama. Memberikan wewenang kepada dokter umum untuk melakukan tindakan bedah tanpa pelatihan khusus dapat membahayakan keselamatan pasien dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.
3. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat mengenai siapa yang berwenang melakukan tindakan medis tertentu. Kebijakan yang diambil harus transparan dan melibatkan partisipasi masyarakat agar mereka dapat memahami dan mendukung keputusan tersebut.
Landasan Akademik dan Bukti
Standar Global: WHO, ACOG, dan RCOG menekankan pentingnya pelatihan dan kompetensi dalam melakukan tindakan medis invasif. Kami mendesak agar kebijakan yang diambil mengacu pada standar internasional untuk memastikan keselamatan pasien.
Data dan Analisis: Berdasarkan data dari Maternal Perinatal Death Notification (MPDN) yang dikeluarkan oleh POGI, mayoritas kematian ibu terjadi akibat komplikasi yang dapat dihindari dengan penanganan yang tepat oleh tenaga medis yang terlatih.
POGI juga mencatat bahwa peningkatan angka operasi caesar tidak berkorelasi positif dengan penurunan penyakit bawaan dan kematian ibu dan bayi.
"Dalam hal ini, kami percaya bahwa tidak hanya aspek keterampilan teknis yang perlu diperhatikan, tetapi juga pemahaman terhadap kompleksitas kasus dan manajemen risiko yang harus dimiliki oleh tenaga medis yang melakukan tindakan tersebut," tulis POGI.
Solusi Konstruktif yang Ditawarkan POGI
1. Pengembangan Program Pelatihan
Kami merekomendasikan pengembangan program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan bagi dokter umum yang ingin memperdalam pengetahuan mereka dalam obstetri dan ginekologi, dengan dukungan dari fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan.
2. Peningkatan Akses ke Pelayanan Spesialis
Kami mendorong pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan spesialis obstetri, terutama di daerah terpencil, melalui penyediaan insentif bagi dokter spesialis yang bersedia bertugas di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
3. Telemedicine dan Supervisi
Kami menyarankan penggunaan teknologi telemedicine untuk memberikan bimbingan dan supervisi kepada dokter umum dalam situasi darurat, sambil tetap menjaga batas kewenangan yang jelas.
POGI Ajak Kemenkes Kolaborasi
"Kami mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat, untuk berdialog dan berkolaborasi dalam merumuskan kebijakan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan akses layanan kesehatan, tetapi juga menjamin keselamatan dan kualitas layanan bagi masyarakat," tulis POGI.
Dengan semangat kolaborasi ini, POGI percaya sistem kesehatan di Indonesia akan lebih baik, aman, dan tepercaya.