Kisah Priscilla Henry, Mantan Budak Perempuan Berkulit Hitam yang Jadi Penguasa Bisnis Prostitusi - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Kisah Priscilla Henry, Mantan Budak Perempuan Berkulit Hitam yang Jadi Penguasa Bisnis Prostitusi
Apr 20th 2024, 08:50, by BBC NEWS INDONESIA, BBC NEWS INDONESIA

Kisah Priscilla Henry, Mantan Budak Perempuan Berkulit Hitam yang Jadi Penguasa Bisnis Prostitusi

Tidak ada foto Priscilla Henry yang berhasil ditemukan dari masa hidupnya. Namun, seorang seniman Amerika, Cassandra Fay, melukis sosoknya beberapa tahun lalu.
Tidak ada foto Priscilla Henry yang berhasil ditemukan dari masa hidupnya. Namun, seorang seniman Amerika, Cassandra Fay, melukis sosoknya beberapa tahun lalu.

Bagi kebanyakan orang di Amerika Serikat dan seluruh dunia, nama Priscilla Henry tidak berarti apa-apa. Padahal, kisah perempuan Afrika-Amerika yang hidup pada abad ke-19 itu layak dijadikan film Hollywood.

Priscilla terlahir dan menghabiskan sebagian besar masa hidupnya sebagai budak. Namun setelah bebas, dia berhasil meraup kekayaan hingga bisa membeli perkebunan tempat dia diperbudak.

Semua itu terwujud karena dia membangun bisnis prostitusi kontroversial yang pada saat itu dikuasai oleh orang-orang kulit putih.

Priscilla Henry dan enam saudaranya terlahir sebagai budak. Mereka bekerja di sebuah perkebunan di Alabama.
Priscilla Henry dan enam saudaranya terlahir sebagai budak. Mereka bekerja di sebuah perkebunan di Alabama.

BBC Mundo mewawancarai para pakar dan menelusuri dokumen-dokumen untuk menyelisik kehidupan Priscilla.

Bagi sebagian orang, dia dianggap sebagai pelopor integrasi rasial, pengusaha perempuan yang sukses dan pembela kebebasan seksual.

Perjalanan panjang

Priscilla lahir pada 1819 di sebuah perkebunan di Kota Florence, wilayah selatan negara bagian Alabama, menurut tulisan Profesor Ashley B Cundiff dari Universitas Wisconsin, AS. Cundiff menulis tesis doktoral mengenai budaya rumah bordil di Amerika Utara.

Priscilla merupakan anak tertua dari enam bersaudara. Dia bekerja di ladang miliki tuan tanah bernama James Jackson Jr setidaknya hingga tahun 1865.

Sebagai tuan tanah, James Jackson Jr menolak membebaskan Priscilla maupun budak-budak lainnya yang dia kuasai.

Padahal perbudakan telah dihapuskan secara resmi oleh pemerintahan Presiden Abraham Lincoln sejak dua tahun sebelumnya melalui Deklarasi Emansipasi.

Namun, Jackson Jr akhirnya membebaskan Priscilla. Segera setelah dibebaskan, Priscilla pergi ke "Mound City", julukan bagi kota St. Louis (Missouri) pada masa itu.

Kota St. Louis menjadi tempat subur bagi prostitusi pada paruh kedua abad ke-19 karena lokasinya yang terletak di tepi Sungai Mississippi.
Kota St. Louis menjadi tempat subur bagi prostitusi pada paruh kedua abad ke-19 karena lokasinya yang terletak di tepi Sungai Mississippi.

Dia menempuh perjalanan 615 kilometer ke utara, lalu mulai bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

"Priscilla pergi ke St. Louis karena upah tukang cuci pada saat itu lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah lain di Alabama," kata jurnalis AS Julius Hunter kepada radio STLPR. Hunter merupakan penulis buku Priscilla and Babe: From Slavery's Shackles to Millionaire Bordello Madams in Victorian St. Louis.

Hunter menghabiskan waktu enam tahun untuk menelusuri catatan-catatan tentang Priscilla di perpustakaan, catatan publik dan gereja, serta arsip surat kabar lokal.

Dia meneliti sosok Priscilla beserta satu orang perempuan lainnya bernama Sarah "Babe" Conor.

Berawal dari tragedi

Priscilla hanya sebentar bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan pembersih kamar hotel setelah menyadari bisnis prostitusi jauh lebih menguntungkan.

Seperti di kota-kota lain di sepanjang Sungai Mississippi dan Missouri, prostitusi adalah industri yang juga berkembang pesat di St. Louis.

"Terdapat 5.000 pelacur pada abad ke-19 di St. Louis, padahal populasinya sekitar 350.000 jiwa," jelas Hunter.

Setelah berakhirnya Perang Saudara Amerika, St. Louis menjadi magnet bagi para veteran perang, mantan budak, petualang, hingga pemburu kekayaan. Inilah salah satu faktor mengapa bisnis seks berkembang subur di kota ini.

Saking menguntungkannya industri prostitusi, pemerintah lokal sempat melegalkan sementara pekerja seks pada 1870.

Pemerintah bahkan menarik pajak dari rumah bordil dan pekerja seks yang terdaftar.

Terjunnya Priscilla ke sektor ini bukanlah sebuah kesengajaan, melainkan sebuah tragedi: hotel tempat dia bekerja terbakar.

Insiden itu membuatnya berakhir di sebuah rumah kos tempat para perempuan menjajakan tubuh mereka.

Meskipun tidak ada potret dirinya yang ditemukan, beberapa ulasan pada saat itu menggambarkan Priscilla memiliki fisik yang kuat atau tegap.

Dia bertemu dengan seorang mantan tentara bernama Thomas Howard, dan menjalin hubungan cinta dengannya. Hubungan inilah yang membuka pintu Priscilla menuju dunia seks berbayar.

Sayangnya, hubungan cinta dan bisnis itu berakhir buruk. Howard bertanggung jawab mengelola tanah milik Priscilla, namun dia menipu bahkan dituduh mencoba membunuh Priscilla.

Menurut penelusuran Profesor Cundiff, keponakan Priscilla pernah bersaksi bahwa Howard berupaya meracuni Priscilla dengan bantuan juru masak pribadinya, Florence Williams.

Catatan sensus lokal mengungkap bahwa Priscilla kemudian mulai menjalankan rumah bordil yang mempekerjakan lima perempuan kulit hitam berusia 19 hingga 30 tahun.

Penghapusan perbudakan yang diberlakukan oleh Abraham Lincoln pada 1963 tidak langsung berdampak bagi Priscilla. Mereka baru bebas bertahun-tahun kemudian karena pemiliknya menolak membebaskan mereka.
Penghapusan perbudakan yang diberlakukan oleh Abraham Lincoln pada 1963 tidak langsung berdampak bagi Priscilla. Mereka baru bebas bertahun-tahun kemudian karena pemiliknya menolak membebaskan mereka.

Menurut orbituari surat kabar St. Louis Post Dispach yang diterbitkan saat kematian Priscilla pada November 1985, rumah bordil itu "menjadi tempat pertemuan bagi para pelaut dan petualang, baik kulit putih maupun kulit hitam".

"Di kota itu ada seorang nyonya, Eliza Haycraft, yang merupakan ratu rumah bordil. Kematian Haycraft pada tahun 1871 meninggalkan kekosongan yang dimanfaatkan oleh Priscilla Henry dan orang-orang yang membantunya..."

"...karena mereka menganggap sudah waktunya bagi perempuan berwarna untuk memasuki sektor itu. Pada saat kematiannya, Haycraft meninggalkan harta benda dan uang senilai US$30 juta (Rp486,21 miliar)," jelas Hunter.

Siasat membangun kerajaan bisnis

Salah satu tantangan yang dihadapi Priscilla adalah pandangan konservatif St. Louis terhadap hubungan antar-ras, yang berbanding terbalik dengan pandangan liberal terhadap prostitusi.

Usai Perang Saudara Amerika, pemerintah setempat mengesahkan undang-undang yang memperberat hukuman penjara bagi yang mencoba menikahi orang-orang dari ras berbeda.

Undang-undang itu juga mencakup larangan untuk berhubungan seksual dengan orang dari ras lain.

Priscilla menyiasati aturan itu dengan cara memisahkan tempat usahanya demi menghindari masalah dengan pihak berwenang.

Bisnisnya melayani pelanggan kulit putih di beberapa tempat, dan di tempat lainnya melayani pelanggan kulit berwarna.

Baca Juga:

Laki-laki kulit putih diperbolehkan mengunjungi kedua tempat tersebut, namun itu tidak berlaku bagi laki-laki kulit hitam.

"Dia mengatur bisnisnya agar bisa melayani pelanggan kulit putih, tapi tetap menghormati undang-undang yang melarang hubungan campuran," kata Cundiff.

"Dia memahami bahwa undang-undang ini bertujuan mencegah laki-laki kulit hitam berinteraksi dengan perempuan kulit putih, namun undang-undang tersebut akan lebih longgar jika laki-laki kulit putih berhubungan dengan perempuan kulit hitam," tambahnya.

"[Priscilla] Dia menjalin hubungan jangka panjang dengan polisi untuk mempertahankan pembagian rumah bordil berdasarkan ras sehingga bisnisnya mendapat perlindungan," ujar Cundiff.

Siasat untuk menghindari peraturan ini memungkinkan Priscilla terus mengembangkan bisnisnya.

Seiring berjalannya waktu, dia membeli beberapa rumah di kota itu. Dia mengubahnya menjadi rumah bordil atau menyewakannya kepada rekan-rekannya yang lain untuk dijadikan rumah bordil.

Priscilla Henry mematuhi aturan yang membatasi hubungan campuran antar-ras, namun dia menemukan celah yang memungkinkan untuk tetap mengembangkan bisnis prostitusinya.
Priscilla Henry mematuhi aturan yang membatasi hubungan campuran antar-ras, namun dia menemukan celah yang memungkinkan untuk tetap mengembangkan bisnis prostitusinya.

Priscilla adalah seseorang yang buta huruf. Namun keterbatasan itu tidak menghalanginya untuk meraup kekayaan yang diperkirakan mencapai US$100.000 pada saat dia meninggal dunia tahun 1895.

Nilai kekayaannya setara dengan US$3.700.000 (Rp59,96 miliar) pada saat ini.

"Sebagian besar bisnisnya dijalankan dengan lobi-lobi. Mengingat prostitusi adalah industri terlarang, dia memastikan segala sesuatu terkait bisnis ini tidak dilarang demi keuntungannya," kata Profesor Mali Collins dari Pusat Studi Afrika-Amerika di American University of Washington.

"Priscilla juga mengetahui permintaan pasarnya: St. Louis terletak di hilir Sungai Mississippi, tempat para pedagang dan pengusaha berkunjung untuk berdagang. Sebagai kota yang sibuk dan 'distrik merah' berkembang pesat [banyak rumah bordil di area ini dimiliki oleh Priscilla], dia memonopoli bisnis ini," tambahnya.

Seorang pionir yang teruji

Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Priscilla kembali ke kampung halamannya di Alabama. Dia pulang bukan lagi sebagai budak, tetapi sebagai seorang nyonya pebisnis.

Priscilla membeli perkebunan tempat dia dan saudara-saudaranya dilahirkan serta dipaksa bekerja sebagai budak.

"Ini semestinya menjadi titik balik dalam pemberitaan nasional dan lokal mengenai perubahan dan perkembangan bisnis yang dialami oleh laki-laki serta perempuan kulit hitam Amerika sebelum pergantian abad ini," ujar Collins.

Namun media-media saat itu tidak menyoroti kecerdasan bisnis yang ditunjukkan oleh Priscilla sepanjang hidupnya.

Surat kabar memberitakan kematian Priscilla Henry secara luas pada November 1985, namun seiring berjalannya waktu, namanya mulai terlupakan.
Surat kabar memberitakan kematian Priscilla Henry secara luas pada November 1985, namun seiring berjalannya waktu, namanya mulai terlupakan.

"Priscilla Henry, perempuan tua yang jahat dan terkenal kejam telah meninggal dunia," tulis berita utama sebuah surat kabar lokal setelah mengetahui kematiannya dan langsung menuduhnya memupuk "nafsu bejat".

Seiring berjalannya waktu, memori akan Henry memudar. Padahal kematiannya diberitakan hingga ke New York.

Ratusan orang berjajar di jalanan St. Louis untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya, menurut Asosiasi Pers Sejarah St. Louis dalam sebuah buku berjudul Pioneers, Rule Breakers and Rebels: 50 Unstoppable Women of St. Louis.

Para pakar menyayangkan sosok Priscilla Henry terlupakan di St. Louis maupun di seluruh AS mengingat kontribusinya pada isu rasial dan urusan bisnis
Para pakar menyayangkan sosok Priscilla Henry terlupakan di St. Louis maupun di seluruh AS mengingat kontribusinya pada isu rasial dan urusan bisnis

Profesor Collins menganggap pengabaian terhadap kisah hidup Priscilla sebagai wujud ketidakadilan.

Menurutnya, Priscilla berkontribusi pada perjuangan melawan diskriminasi rasial hingga pembebasan perempuan.

"Fakta bahwa dia mengakhiri hidupnya dengan akumulasi kekayaan US$3,7 juta [Rp59,96 miliar] adalah sesuatu yang luar biasa mengingat situasi saat itu, tapi itu bukanlah pencapaian terbesarnya," kata Collins.

"Dia mengenal banyak pengusaha sebagai kliennya, dia bekerja sama dengan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh yang dia dorong untuk melobi aturan mengenai pekerja seks yang membatasi keyakinannya tentang otonomi tubuh dan kewirausahaan perempuan," jelasnya.

Collins juga meyakini bahwa Priscilla berperan menghapuskan stereotip rasial tertentu.

"Dia membantah stereotip mengenai perempuan kulit hitam, dan membuktikan dirinya sebagai pebisnis yang brilian dan kreatif serta membantu melegitimasi pekerja seks sebagai industri nyata," tambahnya.

Sementara itu, Hunter juga menyayangkan betapa lamanya kisah perempuan ini diabaikan.

Padahal Priscilla adalah bagian dari masa lalu kota tersebut.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post