Apr 15th 2024, 06:54, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Iran mulai melakukan serangan ke Israel. Pada Minggu (14/4), Iran meluncurkan UAV (pesawat tanpa awak/drone) dari wilayahnya menuju wilayah negara Israel.
Memanasnya kondisi geopolitik tersebut diproyeksi berdampak pada perekonomian Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, serangan tersebut memicu keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. Rupiah bahkan diprediksi akan melemah ke Rp 17.000 per dolar AS jika ketegangan tersebut terus berlangsung.
Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.117 per dolar AS hari Minggu (14/4). Meskipun berdasarkan data Bloomberg dan juga Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 5 April 2024 menguat ke angka Rp 15.848. Angka ini naik 44,5 poin atau 0,28 persen.
"Alhasil, investor akan mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS, sehingga rupiah bisa saja melemah hingga Rp 17.000 per dolar," kata Bhima kepada kumparan, Minggu (14/4).
Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, ketegangan antara Iran dan Israel bakal mempengaruhi nilai tukar mata uang di Indonesia. Sebab, investor akan mencari aset yang lebih aman.
Harga BBM Nonsubsidi Bisa Naik
Yusuf Rendy mengatakan serangan tersebut akan berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Sebab, harga minyak mentah dunia akan berada di atas asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah USD 82 per barel.
"Jika sentimen ataupun perang ini berlangsung dalam periode yang tidak sebentar, maka periode harga minyak yang tinggi tentu akan terjadi karena kita tahu Iran merupakan salah satu produsen minyak global," kata Yusuf kepada kumparan.
Menurutnya, tingginya harga minyak dunia akan menjadi perhatian negara importir minyak seperti Indonesia. Ia menyebut, Indonesia akan langsung melakukan penyesuaian kebijakan fiskal untuk merespons kenaikan harga minyak tersebut.
"Dalam kondisi tertentu penyesuaian kebijakan terutama kebijakan fiskal tentu perlu dilakukan untuk merespons kenaikan harga minyak tersebut," ungkapnya.
Harga Minyak Dunia Bisa Tembus USD 100 per Barel
Mengutip Market Watch, ketegangan yang memanas antara Iran dan Israel ini diperkirakan akan membuat harga minyak mentah dunia kembali naik menyentuh USD 100 per barel. Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
"Biasanya, perubahan 1 juta barel dalam persamaan penawaran-permintaan menyebabkan kenaikan harga sebesar USD 5 untuk menyeimbangkan pasar," Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors.
"Akibatnya, jika seluruh produksi Iran terganggu, mungkin akan terjadi kenaikan harga minyak sebesar USD 15 per barel," tambahnya.