Kenapa Kebanyakan Awak Kabin Pesawat Adalah Perempuan? Ini Alasannya
26 Mar 2024
Saat naik pesawat kamu mungkin menyadari bahwa sebagian besar awak kabin yang bertugas di penerbanganmu adalah perempuan. Ya, meski ada beberapa laki-laki yang menjadi pramugara, mayoritas awak kabin di pesawat kebanyakan adalah perempuan.
Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa demikian? Ternyata ada alasannya.
Dilansir Simple Flying, faktanya sebagian besar awak kabin di seluruh dunia adalah perempuan. Meski demikian, jika melihat sejarah ke belakang awak kabin pertama yang bekerja di dalam sebuah maskapai penerbangan justru adalah seorang pria.
Pada tahun 1912, Heinrich Kubis menjadi pramugara pertama yang bekerja di maskapai penerbangan Jerman, yakni DELAG Airlines.
Saat itu, seorang pramugara atau awak kabin bertugas untuk memastikan keselamatan seluruh penumpang. Adapun, saat itu mereka belum bertugas untuk menyajikan makanan dan minuman.
Seiring berjalannya waktu, beberapa maskapai mengikuti jejak DELAG Airlines, yaitu dengan mempekerjakan awak kabin pria.
Adapun, 18 tahun berselang, barulah awak kabin wanita atau pramugari akhirnya berada di dalam sebuah maskapai penerbangan.
Pramugari Pertama
Ellen Church merupakan awak kabin perempuan pertama yang bertugas setelah Heinrich Kubis. Ia bekerja di Boeing Air Transport pada tahun 1930 dan bekerja sebagai seorang perawat.
Sejak itu, peran pramugari mulai berkembang, mereka tidak hanya bertugas untuk menjaga keselamatan penumpang tetapi juga memperhatikan penumpang.
Maka dari itu, maskapai penerbangan mulai mencari pramugari perempuan yang bertugas untuk merawat penumpang. Efeknya adalah masuknya pelamar perempuan yang membantu menciptakan dasar awak kabin saat ini.
Alasan Mayoritas Pramugari adalah Perempuan
Pesona pramugari secara cepat diasosiasikan oleh para perempuan. Hal ini membuat para perempuan mendominasi stereotip sebagai seorang pramugari.
Kendati demikian, stereotip terjadi bukan hanya karena banyaknya pelamar perempuan, maskapai penerbangan juga.
Pada pertengahan tahun 1900-an, maskapai penerbangan mengeluarkan aturan ketat yang masih dilakukan hingga saat ini terkait aturan para pramugari, seperti berat, usia, status pernikahan, dan juga penampilan awak kabin. Secara tidak langsung, peraturan tersebut memanfaatkan seksualitas wanita.
Pakaian awak kabin wanita juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Beberapa maskapai penerbangan pun mulai menciptakan sebuah seragam atau pakaian awak kabin untuk membedakannya.
Bahkan, instruksi mengenai pakaian yang harus digunakan oleh perempuan mendapatkan banyak dukungan dan keuntungan lebih lanjut. Kedua hal tersebut didapatkan dari para pria penumpang kelas Bisnis yang sering melakukan penerbangan pada saat itu.
Apa yang masih ada saat ini merupakan karakteristik anggota awak kabin yang diciptakan dari stereotip yang terbentuk pada pertengahan tahun 1900-an.
Saat ini, terdapat lebih dari 75 persen wanita yang bekerja sebagai awak kabin di Amerika Serikat. Pekerjaan tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang sangat glamor dan feminin. Hal tersebut membuat banyak minat pria untuk bekerja sebagai awak kabin terasingkan.
Profesor Sosiologi Goldsmiths, University of London, Bev Skeeg, mengatakan alasannya semata-mata adalah kompetisi.
"Maskapai penerbangan ingin memberikan sebuah nilai lebih dalam hal pelayanan, terutama dengan maskapai penerbangan lainnya. Untuk melakukan ini, mereka memasarkan produk mereka sebagai barang mewah dan diinginkan, dengan kaum muda dan kecantikan yang secara efektif mengirimkan pesan itu," kata Skeeg, seperti dikutip dari Guadrian.
Meski penampilan menjadi salah satu poin penting bagi seorang pramugari, Directof of China's Foreign Airlines Service Corporation (FASCO) pada saat itu, Ji Yang Xiong, mengakui bahwa kecantikan tidak sama dengan menjadi pramugari yang baik. Namun, ia juga mencatat terdapat perbedaan estetika saat membandingkan maskapai penerbangan Timur dan Barat.
"Mungkin maskapai penerbangan Asia lebih menekankan penampilan dibandingkan dengan maskapai di Eropa atau Timur Tengah. Maskapai Eropa tidak memiliki persyaratan apa pun terkait penampilan," kata Xiong, seperti dikutip dari CNN.
Justru menurutnya, mereka lebih fokus pada kepribadian dan memiliki sikap yang tepat untuk pekerjaan tersebut, dan pola pikir yang berorientasi pada layanan.
Meskipun sebagian besar perempuan dipekerjakan sebagai awak kabin, ada tanda-tanda bahwa industri penerbangan mulai berubah. Jumlah pelamar pria yang mencari posisi sebagai awak pesawat pun meningkat.
Oleh sebab itu, kini kamu juga bisa menemukan awak kabin seorang pria, meski terkadang kamu akan menemukan lebih banyak awak kabin wanita.