Studi: Kafein Bisa Pengaruhi Otak Meski Kita Sedang Tidur - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Studi: Kafein Bisa Pengaruhi Otak Meski Kita Sedang Tidur
Jun 16th 2025, 10:06 by kumparanFOOD

Ilustrasi susah tidur. Foto: amenic181/Shutterstock
Ilustrasi susah tidur. Foto: amenic181/Shutterstock

Kafein sering dikonsumsi untuk meningkatkan energi dan fokus, terutama saat kita dikejar deadline atau harus tetap terjaga di malam hari. Salah satu bentuk kafein yang paling umum adalah kopi, yang sering dijuluki sebagai "penyelamat" pengusir kantuk saat bekerja. Padahal, kafein tidak hanya ada di kopi, tapi juga bisa ditemukan dalam teh, cokelat, hingga minuman berenergi.

Tapi siapa sangka, efek kafein ternyata tidak berhenti saat kita selesai bekerja. Mengutip SciTechDaily, kafein masih bisa memengaruhi otak meski kita sedang tidur dan bisa berdampak pada kualitas tidur secara keseluruhan.

Membuat Aktivitas Otak Jadi Lebih Sibuk dan Tidak Stabil

Ilustrasi kopi mengandung kafein. Foto: Shutterstock
Ilustrasi kopi mengandung kafein. Foto: Shutterstock

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Montreal dan diterbitkan dalam jurnal Communications Biology, konsumsi kafein dapat meningkatkan kompleksitas sinyal otak dan membuat proses pemulihan otak saat tidur menjadi berubah.

Peneliti merekam aktivitas otak 40 orang dewasa sehat yang terdiri dari peserta dewasa muda berusia 20–27 tahun dan peserta paruh baya berusia 41–58 tahun menggunakan bantuan elektroensefalogram (EEG). Dalam percobaan ini, mereka mengonsumsi 200 miligram kafein sebelum tidur pada satu malam, dan plasebo di malam lainnya.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa kafein membuat aktivitas otak jadi lebih sibuk dan tidak stabil, terutama selama fase tidur non-rapid eye movement (NREM) yang seharusnya penting untuk menguatkan ingatan dan memulihkan fungsi otak.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa kafein meningkatkan kompleksitas sinyal otak, yang mencerminkan aktivitas saraf yang lebih dinamis dan kurang dapat diprediksi, terutama selama fase tidur non-rapid eye movement (NREM) yang sangat penting untuk konsolidasi memori dan pemulihan kognitif," jelas Philipp Thölke, penulis utama dari studi ini.

Memicu Gelombang Otak yang Muncul saat Berpikir Aktif

Kafein mengganggu ritme pada otak. Foto: Shutterstock
Kafein mengganggu ritme pada otak. Foto: Shutterstock

Efek kafein ternyata bukan hanya membuat aktivitas otak jadi tidak stabil, para peneliti juga menemukan bahwa kafein bisa mengganggu ritme alami otak saat tidur dengan cara melemahkan gelombang otak lambat, seperti delta, theta, dan alfa. Padahal, ketiga jenis gelombang ini penting untuk menciptakan kondisi tidur yang dalam dan menenangkan. Saat gelombang ini terganggu, tidur bisa jadi kurang berkualitas.

Alih-alih membiarkan otak beristirahat sepenuhnya, kafein justru mendorong munculnya gelombang otak yang aktif. Kafein dapat memicu aktivitas gelombang otak beta yang biasa muncul saat kita terjaga dan berpikir aktif.

"Perubahan ini menunjukkan bahwa bahkan selama tidur, otak tetap berada dalam kondisi yang lebih aktif dan kurang restoratif di bawah pengaruh kafein. Kafein memengaruhi efisiensi pemulihan otak pada malam hari, dengan konsekuensi potensial untuk pemrosesan memori," ungkap Karim Jerbi, salah satu peneliti dari studi ini.

Orang Dewasa Muda Cenderung Lebih Rentan Terhadap Efek Kafein

Ilustrasi teh termasuk minuman yang mengandung kafein. Foto: PeopleImages.com - Yuri A/Shutterstock
Ilustrasi teh termasuk minuman yang mengandung kafein. Foto: PeopleImages.com - Yuri A/Shutterstock

Melalui studi ini, peneliti juga menemukan bahwa orang dewasa muda berusia 20 hingga 27 tahun lebih rentan terhadap efek stimulan kafein yang mengganggu kualitas tidur. Gangguan tidur ini terutama terjadi selama fase tidur rapid eye movement (REM) yang berkaitan dengan mimpi.

Salah satu peneliti studi ini, Julie Carrier, menduga bahwa orang dewasa muda lebih rentan terhadap kafein karena memiliki kepadatan reseptor adenosin di otak yang lebih tinggi. Reseptor ini menangkap sinyal dari adenosin, yaitu molekul yang secara alami menumpuk di otak dan memicu rasa kantuk. Kafein bekerja dengan memblokir reseptor-reseptor tersebut sehingga sinyal ngantuk jadi terhambat.

"Reseptor adenosin secara alami menurun seiring bertambahnya usia, mengurangi kemampuan kafein untuk memblokirnya dan meningkatkan kompleksitas otak, yang mungkin sebagian menjelaskan berkurangnya efek kafein yang diamati pada peserta paruh baya," kata Carrier.

Studi ini bisa menjadi pengingat bahwa efek kafein ternyata tidak berhenti meski kita sedang tertidur. Kalau kamu merasa masih susah fokus atau gampang capek meski sudah tidur, bisa jadi jawabannya dari kafein yang kamu konsumsi semalam sebelumnya!

Reporter Salsha Okta Fairuz

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post