Silva Devia dan Ayunda, anak-anak di posko pengungsian Kampung Cigintung, Purwakarta, Kamis (19/6/2025). Dok: kumparan
Suara tawa anak-anak terdengar bersahutan di posko pengungsian di Kampung Cigintung, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Purwakarta.
Kegusaran soal reruntuhan dan trauma akibat bencana tanah bergerak nampak tak terlihat di wajah mereka.
Ada yang berlarian, ada pula yang bermain bola di dalam bangunan. Sebagian dari mereka juga terlihat masih mengenakan seragam sekolah, menandakan mereka tak lupa akan kewajibannya, yakni belajar.
Silva Devia (14 tahun), misalnya, yang masih menjalani rutinitasnya sebagai pelajar meski tinggal di pengungsian. Ia merupakan pelajar kelas 7 SMP 1 Pasirmunjul.
"Sekolah masih tiap hari. Dekat dari sini," katanya.
Lagi Ngaji Saat Bencana Terjadi
Anak-anak di posko pengungsian Kampung Cigintung, Purwakarta, Kamis (19/6/2025). Dok: kumparan
Silva mengaku sudah mengungsi sejak bencana itu datang pada Rabu malam (11/6). Saat itu ia tengah mengaji di rumahnya.
"Waktu itu nuju ngaos di bumi (sedang mengaji di rumah). Ke sini bawa peralatan sekolah sama mamah, teteh," ucap dia.
Banyak Nyamuk
Anak-anak di posko pengungsian Kampung Cigintung, Purwakarta, Kamis (19/6/2025). Dok: kumparan
Ayunda (12), siswi kelas 4 SD setempat, mengaku sudah mulai bosan tinggal di pengungsian lantaran tiap malam selalu diganggu nyamuk.
Sementara siang harinya, untuk mengobati kejenuhan, terkadang ia pun mengajak teman-temannya bermain bola.
"Kalau malem banyak nyamuk. Pindah rumah gak apa-apa," ujar Ayunda.