Kapal Fregat canggih Méndez Núñez (F-104) milik Angkatan Laut Spanyol yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (27/6/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Di tengah deretan kontainer dan crane menjulang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (27/6), seorang perempuan berseragam biru dongker Angkatan Laut Spanyol terlihat sibuk mengatur rombongan pengunjung yang ingin naik ke kapal fregat (kapal perang berukuran sedang) canggih milik Angkatan Laut Spanyol, Méndez Núñez (F-104).
Topi bertuliskan "Méndez Núñez F-104" terpasang di kepalanya. Senyumnya ramah, langkahnya ringan namun tegas. Namanya Nicole Flores Castillo.
Sang Navigator di Balik Radar dan Kemudi
Nicole Flores Castillo kru kapal fregat milik Angkatan Laut Spanyol, Méndez Núñez, Jumat (27/6/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Postur Nicole terbilang mungil dibanding rekan-rekannya. Namun, siapa sangka dia adalah salah satu sosok penting di kapal berbobot 5.800 ton itu: Sang navigator—penjaga arah dan keamanan pelayaran.
"Nama saya Nicole Flores Castillo, saya pelaut berpangkat rendah. Pekerjaan saya di bridge (anjungan). Biasanya saya memegang kemudi, membaca peta navigasi, dan memantau radar agar kapal tetap berada di jalur aman," ujarnya kepada kumparan, Jumat (27/6).
Di kapal yang dipersenjatai sistem tempur AEGIS dan radar SPY-1D, Nicole bertanggung jawab penuh atas pergerakan kapal. Ia membaca situasi di radar, memetakan rute, dan memastikan navigasi berjalan aman di perairan internasional.
Antara Ombak dan Kenyamanan
Kapal Fregat canggih Méndez Núñez (F-104) milik Angkatan Laut Spanyol yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (27/6/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Seperti banyak pelaut lainnya, Nicole telah terbiasa hidup di laut selama berhari-hari tanpa menyentuh daratan. Satu perjalanan bisa berlangsung hingga 20 hari nonstop. Meski begitu, ia tak pernah merasa terasing.
"Kami punya gim, ruang istirahat untuk pelaut, permainan papan, TV dengan film, Wi-Fi. Itu membuat kami tetap terhubung dengan keluarga dan teman. Dan yang paling saya suka, kami bisa berdiri di flight deck, melihat laut dan pemandangan yang indah," katanya sambil tersenyum.
Ketika kapal dibuka untuk publik, Nicole bukan sekadar kru teknis di balik layar radar. Ia juga tampil sebagai pemandu lapangan yang penuh semangat.
Dalam beberapa kesempatan saat tur, Nicole tampak akrab berbaur dengan para pengunjung—anak-anak, ibu-ibu, hingga lansia—yang mengerubunginya dengan rasa ingin tahu.
Ia menjawab pertanyaan, menunjukkan arah, memberi penjelasan dengan gestur antusias. Sesekali ia menoleh ke arah kapal, seolah laut tetap memanggil meski ia sedang di darat.
Momen Favorit: Senja di Anjungan
Kapal Fregat canggih Méndez Núñez (F-104) milik Angkatan Laut Spanyol yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (27/6/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Ketika ditanya tentang momen paling berkesan selama bertugas, Nicole tidak menyebut latihan militer atau patroli bersenjata. Ia menyebut sesuatu yang jauh lebih sederhana.
"Bagi saya, momen terbaik adalah saat matahari terbenam. Dari anjungan, saya bisa melihat senja, dan itu luar biasa. Pemandangannya seperti lukisan. Rasanya tenang sekali," ungkapnya lembut.
Ia menyadari bahwa momen terbaik bisa berbeda bagi tiap awak—tergantung apakah mereka bertugas di dek, mesin, atau dapur. Tapi bagi Nicole, berada di titik tertinggi kapal, memandangi langit berubah jingga, adalah bentuk kecil dari kebahagiaan di tengah kesibukan tempur.
Kapal Fregat canggih Méndez Núñez (F-104) milik Angkatan Laut Spanyol yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (27/6/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Méndez Núñez (F-104) adalah fregat tempur Spanyol dengan spesialisasi pertahanan udara. Kapal ini dilengkapi dengan rudal SAM STANDARD, Sea Sparrow, Harpoon, serta meriam utama 5 inci MK-45. Ia menjadi bagian dari armada yang menjalankan berbagai misi: Mulai dari latihan militer, operasi diplomatik, hingga bantuan kemanusiaan.
Namun di balik kecanggihan mesin dan sistem senjata itu, kapal tetaplah ruang hidup—tempat bekerja, bersantai, dan bercanda. Dan di ruang-ruang itulah sosok-sosok seperti Nicole hadir: mengatur arah pelayaran, membaca radar, dan diam-diam, menanti datangnya senja.
Kehadiran Méndez Núñez di Jakarta adalah bagian dari pelayaran diplomatik Spanyol di kawasan Indo-Pasifik. Kapal ini bersandar di Tanjung Priok hingga 1 Juli 2025, sebelum melanjutkan pelayaran ke Australia.
Namun bagi Nicole dan rekan-rekannya, persinggahan ini lebih dari sekadar tugas. Ini adalah momen untuk turun ke dermaga, menjembatani dua budaya, dan untuk sejenak menyampaikan pesan bahwa di balik baja dan radar, ada manusia yang bekerja dengan hati.