Ladies, tahu enggak sih? Ternyata masih banyak orang yang belum paham tentang isu gender. Menurut survei yang dilakukan Kawula17, organisasi yang memiliki fokus pada partisipasi muda ini menemukan data yang terbaru tentang pengetahuan gender di kehidupan masyarakat.
Menurut survei yang melibatkan 417 responden, hanya 2 persen di antaranya yang menganggap isu gender sebagai topik prioritas. Masyarakat lebih mementingkan isu-isu lain seperti ekonomi, korupsi, dan pendidikan.
Sedangkan untuk isu kekerasan seksual, sebanyak 21 persen responden menganggap bahwa ini adalah masalah prioritas. Dian Irawarti, Co-founder Kawula17 dan Ketua Yayasan Pelopor Pilihan Tujuhbelas mengatakan bahwa kasus kekerasan seksual berhasil masuk ke lima besar pada survei kedua ini, karena pada pertama kali topik ini berada di urutan bawah.
Hasil survei Kawula17 Q2 menunjukkan bahwa topik ekonomi, korupsi, dan pendidikan masih menjadi perhatian utama masyarakat. Foto: Kawula17
"Isu kekerasan seksual pada kuartal pertama malah tidak masuk lima besar, saat survei kedua topik kekerasan seksual mulai naik karena adanya pemberitaan mengenai grup Facebook 'Fantasi Sedarah' yang cukup booming saat itu," ujar Dian pada paparan online hasil nasional Kawula17 Survey Q2 2025 pada Rabu (4/6).
Penemuan grup daring tersebut memang cukup menghebohkan karena terkuak komunitas yang melakukan penyimpangan seksual terhadap keluarganya sendiri.
Topik Gender Masih Belum Dimengerti
Hasil survei Kawula17 Q2 menunjukkan bahwa masyarakat masih belum bisa mengartikan kata gender. Foto: Kawula17
Dian juga menambahkan bahwa sebagian orang tidak bisa mengaitkan kekerasan seksual sebagai topik gender. Angel, selaku Co-Founder dan Program Manager Kawula17, mengatakan, "Di luar survei, kami mengadakan FGD bersama beberapa teman, dan terlihat bahwa topik gender ini masih sulit dicerna bagi yang belum mengerti, jadi kami masukkan ke dalam pertanyaan survei."
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa adanya salah paham terhadap kata "gender". Sebanyak 52 persen menganggap bahwa ini adalah identitas manusia, dengan asosiasi "Perempuan" (28 persen), "Laki-laki" (24 persen).
Pada asosiasi "kesetaraan" sebanyak 21 persen sudah mulai paham dengan topik gender yang dimaksud. Menurut Dian, dirinya dan Kawula17 harus membuat kosakata baru untuk topik gender agar lebih dekat ke masyarakat dan memahami makna sebenarnya.
Alasan Minimnya Pengetahuan tentang Topik Gender
Ilustrasi kesenjangan gender di dunia pekerjaan. Foto: fizkes/shutterstock
Sebanyak 22 persen responden menganggap topik gender adalah jenis kelamin. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka masih dangkal tentang topik gender. "Ini adalah hal yang sulit untuk memperluas topik gender karena sisi kita harus menceritakan ke orang yang nggak tahu, tapi kita juga harus naik kelas," ungkap Dian.
Dian menambahkan kebanyakan masyarakat mementingkan isu politik karena kasusnya ramai dibahas dan diberitakan setiap hari. Sementara isu gender baru ramai dibahas ketika terjadi kasus kekerasan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Menurut Angel, minimnya obrolan ringan di masyarakat menyebabkan ketidakpahaman tentang gender. Hal ini terus menjadi fokus Kawula17 dan meminta banyak pihak untuk terus berkolaborasi menciptakan sebuah gebrakan baru yang baik untuk kehidupan masyarakat. Topik gender bukan urusan perempuan saja, tapi laki-laki dan juga pemerintah.