Ilustrasi kebiasaan ngemil. Foto: ViDI Studio/Shutterstock
Mengonsumsi camilan sudah menjadi bagian dari kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Menariknya, menurut survei tahunan "State of Snacking 2024" yang dibagikan Mondelez, masyarakat Indonesia lebih banyak ngemil daripada makan utama.
Marfusita Hamburgiwati, Corporate and Government Affairs Mondelez Indonesia menjelaskan bahwa Survei State of Snacking bertujuan untuk mempelajari kebiasaan konsumen, dan menemukan berbagai pemahaman baru tentang peran camilan bagi masyarakat baik fungsional maupun emosional, pada konsumen di Indonesia dan 12 negara lainnya.
"Survei The State of Snacking ini menyoroti betapa pentingnya camilan bagi masyarakat dan sekaligus menunjukkan keseriusan perusahaan dalam memahami apa yang diinginkan konsumen global, termasuk di Indonesia," ungkap Fusi, seperti dikutip dari siaran resmi yang kumparanFOOD terima, Rabu (21/5).
Lebih lanjut, dalam temuan survei tersebut mengungkapkan, konsumsi rata-rata camilan di masyarakat mencapai tiga kali sehari; sementara makanan utama hanya dua kali sehari. Bahkan, 73 persen responden juga menyatakan mereka tidak bisa hidup tanpa camilan.
Acara peluncuran survei tahunan State of Snacking 2024 di sebuah kafe di Jakarta (15/5/2025). Foto: Dok. Mondelez Indonesia.
Selain itu, hasil survei ini juga menemukan kebiasaan masyarakat yang menjadikan camilan sebagai cara untuk terhubung dengan orang lain dan bisa membangkitkan nostalgia; yakni 84 persen responden merasa setuju bahwa berbagi camilan dengan seseorang yang disayang sepadan dengan kalori ekstra yang dikonsumsi. Kemudian, 93 persen responden menyatakan salah satu kenangan masa kecil yang paling indah adalah berbagi camilan dengan orang tua.
Psikolog & Co-founder Rumah Psikologi TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima M.Psi menjelaskan peran dan makna camilan dari sisi kebutuhan emosional. "Aktivitas ngemil bisa memberikan jeda di tengah aktivitas sehari-hari. Sembari menikmati camilan kita bisa menjadikannya sebagai momen relaksasi dan bersantai sejenak. Lebih lanjut, aktivitas ngemil yang dilakukan dengan bijak dan penuh kesadaran juga bisa menjadi bentuk penghargaan bagi diri sendiri," jelas Sashkya.
Melihat antusias masyarakat dalam hal ngemil kian meningkat, tentunya perlu pemahaman tepat dalam menentukan porsi camilan harian. Kelebihan ngemil daripada mengonsumsi makanan utama tentu juga tidak baik bagi kesehatan. Maka itu, masyarakat perlu ngemil bijak yang juga digaungkan oleh Mondelez Indonesia.
Esti Nurwanti, S.Gz, RD, MPH, Ph.D selaku Ahli Gizi dan Founder Komunitas Gizi Nusantara pun menjelaskan bahwa aktivitas ngemil yang dilakukan dengan bijak juga memberikan pengalaman dan dampak yang positif bagi tubuh.
"Ngemil sebenarnya diperlukan sebagai salah satu sumber energi tambahan di sela waktu makan utama. Selain itu, ngemil juga bisa membantu tubuh memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama jika pilihan dan caranya tepat. Jadi, ngemil bukan sesuatu yang harus dihindari, selama dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai anjuran," terangnya.
Senada dengan Esti, Sashkya pun turut mengingatkan, kampanye seperti "Ngemil Bijak" ini menjadi pengingat bagi kita agar bisa memahami bahwa ngemil memiliki sisi positif jika dilakukan dengan bijak.
"Sejalan dengan pendekatan psikologi positif, kampanye 'Ngemil Bijak' akan mengajak kita menikmati camilan dengan sadar dan seimbang, tanpa rasa bersalah tapi tetap penuh kendali," simpulnya.
Lebih lanjut mengenai panduan pola konsumsi camilan dengan benar, Mondelez Indonesia rupanya telah menyematkannya pada kemasan produk-produknya guna memudahkan setiap orang dalam menerapkan kebiasaan ngemil yang lebih bijak. Panduan tersebut hadir dalam dua bagian ilustrasi yang mudah dipahami, yaitu tabel Guideline Daily Amount (GDA) yang berisi informasi nilai gizi dan kalori dan gambar atau ilustrasi untuk konsumsi sesuai takaran saji.
Esti juga menambahkan bahwa kebutuhan ngemil harian tetap perlu diseimbangkan dengan pilihan dan cara yang tepat, salah satunya dengan memperhatikan informasi nilai gizi dan takaran saji pada kemasan. "Informasi nilai gizi dan takaran saji dapat menjadi alat bantu bagi konsumen dalam membuat keputusan ngemil yang lebih sadar dan sesuai dengan kebutuhan pribadi," tutupnya.