Ilustrasi anak balita minum susu. Foto: paulaphoto/Shutterstock
Baru-baru ini, sedang ramai soal minum susu 2 liter per hari bisa membuat anak jadi lebih tinggi. Hal itu bermula saat Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membagikan ceritanya tentang kedua anaknya yang punya tinggi di atas 180 cm.
Menurut pengalaman Dadan, selain memberikan makanan bergizi, anak-anaknya juga diharuskan minum susu sejak kecil.
"Kenapa mereka tinggi? Karena minum susunya diwajibkan dari kecil sampai SMA kelas dua, wajib. Bahkan pada saat pertumbuhan anak saya yang kecil minum susunya dua liter per hari, jadi tulangnya besar-besar. Jadi tinggi badan tidak hanya masalah genetik tapi juga makanan," ujar Dadan dikutip dari Youtube Syaichona TV, saat Peluncuran Pembangunan 1000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pesantren di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil, Bangkalan, Jawa Timur, Senin (26/5).
Ilustrasi anak balita minum susu. Foto: Yaoinlove/Shutterstock
Nah Moms, sebenarnya, berapa, sih, kebutuhan susu yang bisa dikonsumsi anak setiap hari?
Kata Dokter soal Kebutuhan Susu Harian Anak Sesuai Usia
Dokter Spesialis Anak sekaligus expert kumparanMOM dr. Reza Abdussalam menjelaskan, susu punya banyak manfaat untuk membantu mendukung tumbuh kembang anak.
Susu merupakan makanan cair dengan kandungan nutrisi yang lengkap. Susu sudah mengandung makronutrien, yaitu karbohidrat berupa laktosa, protein yang berupa kasein dan whey, serta kandungan lemak jenuh yang tinggi. Kemudian, susu juga mengandung mikronutrien, seperti vitamin B12, B2, kalsium, vitamin D, dan fosfor.
Lantas, berapa banyak kebutuhan susu anak dalam sehari?
-Anak Usia 0-12 Bulan
Ilustrasi anak minum susu. Foto: Shutter Stock
Kebutuhan nutrisi anak usia 0-5 bulan sudah tersedia 100 persen dari ASI. Tapu, kebutuhan anak meningkat ketika memasuki usia enam bulan. Ya Moms, di atas usia enam bulan, ASI sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan kalori harian.
"Gap energi ini yang diisi oleh makanan padat dari MPASI dan seiring bertambahnya usia kebutuhan kalori dari MPASI akan semakin tinggi sedang kebutuhan kalori dari ASI akan semakin berkurang," ucap dr. Reza kepada kumparanMOM, Kamis (29/5).
-Anak Usia 12 Bulan ke Atas
Untuk anak usia di atas 12 bulan, kebutuhan nutrisinya dipenuhi 30 persen dari ASI dan 70 persen dari makanan padat. Untuk pemberian susu bisa diberikan 3-4 kali, dengan total volume sekitar 500-600 cc dalam 24 jam. Kemudian, anak-anak juga bisa mengonsumsi alternatif susu lain, seperti susu pasteurisasi, susu UHT, atau susu formula.
"Tapi untuk anak lebih dari 12 bulan, tetap ASI adalah susu yang direkomendasikan bahkan bisa diteruskan sampai lebih dari usia 2 tahun," imbuhnya.
Meski penting, ada hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan susu ke anak. Pertama, sebaiknya tidak menambahkan gula ke dalam susu. Kedua, perhatikan jadwal pemberian susu ke anak. Jadwal ini sebaiknya menjadi perhatian supaya tidak mengganggu jadwal makan padat anak.
Anak pendek belum tentu stunting Foto: Shutterstock
Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan Anak
Selain konsumsi makanan bergizi dan minum susu, tinggi badan seorang anak juga dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti:
1. Faktor genetik dari orang tua
Pengaruhi ini bisa dihitung berdasarkan tinggi potensial genetik untuk memperkirakan tinggi badan saat dewasa, berdasarkan jenis kelamin, dan tinggi badan ayah ibunya
2. Faktor gizi dan nutrisi
Maksimalkan gizi saat anak usia 0-2 tahun untuk pertumbuhan tinggi badan yang baik. Pastikan memberikan makanan bergizi seimbang setiap harinya.
3. Faktor hormonal
Ilustrasi mengukur tinggi badan anak. Foto: Shutterstock
Ada dua jenis hormon yang memengaruhi tinggi badan anak, yaitu hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dan hormon pertumbuhan (growth hormone).
4. Kondisi kesehatan anak
Faktor ini juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Misalnya jika anak memiliki riwayat penyakit kronis atau kesehatan tertentu seperti alergi, maka hal itu juga bisa memengaruhi pertumbuhan menjadi lebih lambat.
"Ada pun dampak pemberian susu yang berlebihan akan mengakibatkan anak jadi mudah kenyang sehingga akan mengganggu jadwal makan padatnya, gangguan penyerapan di usus, anemia, defisiensi besi, defisiensi mikronutrien lain gejala intoleransi laktosa dan risiko terjadinya obesitas," tutup dr. Reza.