Mengompol adalah hal yang wajar terjadi pada anak-anak. Tapi bagaimana jika kebiasaan mengompol masih terus berlangsung hingga usia si kecil di atas 5-7 tahun?
Waspada, Moms. IDAI melansir, kebiasaan mengompol rutin saat anak sudah tidak lagi balita, bisa menjadi tanda masalah kesehatan serius. Selain itu, bisa juga anak mengalami masalah psikologis tertentu.
Yang Perlu Diwaspadai Jika Anak di Atas 5-7 Tahun Mengompol
Mengutip Cleveland Clinic, mengompol bisa jadi tanda masalah kesehatan tertentu jika terjadi pada anak yang sudah lulus toilet training dan sering mengompol setelah tidak mengompol selama setidaknya enam bulan.
Beberapa tanda yang menunjukkan kemungkinan adanya masalah medis, seperti:
Perubahan pada frekuensi kapan dan seberapa banyak buang air kecil di siang hari.
Sakit saat buang air kecil.
Memiliki aliran kencing yang kecil.
Perubahan warna pada urine.
Perubahan pada suasana hati anak.
Kurangnya pergerakan usus pada siang hari.
Penyebab Anak Mengompol
Ilustrasi anak mengompol. Foto: wk1003mike/Shutterstock
Penyebab paling umum mengompol pada anak-anak adalah kurangnya kontrol kandung kemih. Anak-anak biasanya belajar mengontrol kandung kemih mereka antara usia 2 hingga 4 tahun.
Mengompol pada anak-anak antara usia 4 hingga 5 tahun adalah hal yang umum karena mereka tumbuh dan beradaptasi dengan tubuh mereka dengan kecepatan mereka sendiri. Sebagian besar anak-anak dapat mengontrol kandung kemih mereka pada usia 7 tahun. Setelah usia 7 tahun dan sepanjang masa remaja anak, insiden mengompol bisa terjadi. Tapi, bukan mengompol setiap hari ya, Moms.
Dalam beberapa kasus, mengompol yang sering atau berulang mungkin merupakan tanda kondisi medis yang mendasarinya, seperti:
infeksi saluran kemih,
sembelit,
spina bifida atau masalah saraf,
diabetes,
penyumbatan saluran kemih atau uretra yang menyempit,
sleep apnea,
ADHD (gangguan perilaku agresif dan hiperaktif).
Selain gangguan kesehatan fisik, bisa juga anak mengalami masalah psikologis, Moms. Seperti kondisi lingkungan keluarga yang tidak harmonis, anak stres berkepanjangan, dan lain-lain. Jika Anda khawatir si kecil mengalami masalah tersebut, sebaiknya konsultasikan ke psikolog anak, ya.