Anak Sering Melamun? Bisa Jadi Tanda Emosional dan Kreativitasnya Berkembang - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Anak Sering Melamun? Bisa Jadi Tanda Emosional dan Kreativitasnya Berkembang
May 25th 2025, 11:00 by kumparanMOM

Ilustrasi anak melamun. Foto: leolintang/Shutterstock
Ilustrasi anak melamun. Foto: leolintang/Shutterstock

Apakah anak sering terlihat melamun sendiri, Moms?

Tak sedikit orang tua yang mungkin merasa bingung atau bahkan khawatir saat melihat anak sering melamun. Padahal, melamun tidak selalu berarti sesuatu yang buruk. Dalam beberapa kasus, itu bisa menjadi tanda anak sedang memproses emosinya, berimajinasi, atau butuh waktu untuk menenangkan diri.

Melamun Berkaitan dengan Kreativitas Anak

Dikutip dari Psychology Today, anak yang punya kebiasaan melamun sering kali dilabeli sebagai anak dengan gangguan kurang fokus atau bahkan anak malas. Padahal, melamun bisa saja merupakan aktivitas normal yang mencerminkan kecenderungan imajinatif dan kesenangan.

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Prostock-studio/Shutterstock
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Prostock-studio/Shutterstock

Ada banyak penelitian yang menghubungkan melamun pada anak-anak dengan kreativitas, proses adaptasi, dan prestasi sekolah yang baik. Ada pula penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak yang tidak punya cukup waktu untuk melamun atau yang mengisi waktu luang hanya dengan terlalu banyak menonton televisi menghasilkan karya yang membosankan dan tidak imajinatif.

Anak-anak mencoba memahami emosi dan peristiwa kompleks yang tidak mereka alami dalam kehidupan. Jadi mereka mengisi kekosongan tersebut dengan mengarang cerita yang paralel dengan situasi nyata. Ia menilai hal tersebut adalah sesuatu yang imajinatif ini sangat brilian.

Melamun Berkaitan dengan Keterampilan Sosial dan Empati

Ilustrasi anak perempuan sedang melamun. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi anak perempuan sedang melamun. Foto: Shutter Stock

Lamunan juga memiliki komponen sosial yang besar, memungkinkan anak-anak untuk membayangkan percakapan dan kejadian. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh keterampilan sosial dan empati terhadap orang lain.

Para peneliti juga menemukan bahwa anak-anak yang dapat membuat cerita imajinatif seputar permainan apa pun yang mereka ikuti cenderung bermain dengan gembira dan dalam jangka waktu yang lama dibandingkan anak lain.

Serta, anak yang tidak dapat membangun imajinasi, ketika bermain balok atau mainan lainnya cenderung gampang bosan dan mulai mencari sesuatu yang lebih menarik untuk dilakukan.

Melamun Berbeda dengan Halusinasi

Ilustrasi anak melamun. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi anak melamun. Foto: Shutter Stock

Melamun itu berbeda dengan halusinasi. Saat anak melamun, mereka sebenarnya tahu bahwa mereka sedang membayangkan sesuatu. Mereka bisa berhenti melamun kapan saja, apalagi kalau ada yang mengajak bicara atau mengganggu.

Sementara anak dikatakan mengalami halusinasi, saat ia benar-benar percaya bahwa yang ia lihat atau dengar itu nyata, padahal sebenarnya tidak ada. Mereka sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang cuma khayalan, Moms.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post