Apr 22nd 2024, 20:21, by Berita Terkini, Berita Terkini
Bagaimana sikap kepemimpinan dari Sultan Agung? Sosok Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang sempat memimpin Kerajaan Mataram atau Kesultanan Mataram. Sultan Agung berperan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan di Indonesia.
Ada banyak perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Agung untuk mengusir penjajah. Salah satunya adalah perlawanan Mataram terhadap Belanda yang terjadi di Batavia.
Penjelasan Bagaimana Sikap Kepemimpinan dari Sultan Agung
Sultan Agung merupakan salah satu pahlawan yang dikenal dengan jasanya dalam menyelamatkan Indonesia dari serangan penjajah. Hal ini dibuktikan dengan adanya serangan yang dilakukan masyarakat Mataram dengan dipimpin oleh Sultan Agung. Penyerangan ini dilakukan untuk memukul mundur pasukan penjajah.
Pasukan Kesultanan Mataram menyerang pasukan Belanda di Batavia dipimpin oleh Sultan Agung. Perlawanan Mataram yang terjadi pada tahun 1628 ini terjadi pada saat Sultan Agung mengutus Baurekso dan Dipati Ukur dari Laskar Sunda untuk menyerang Belanda di Batavia.
Dikutip dari dalam buku berjudul Sejarah Perjuangan Indonesia, Armelia F (2020: 5), Sultan Agung mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan VOC di Batavia pada tahun 1628 dan 1629. Penyerangan ini dilakukan dengan semangat juang yang tinggi. Bagaimana sikap kepemimpinan dari Sultan Agung?
Dikutip dari dalam buku berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Guru: Sebuah Pengantar Teoritik, Suparman, S.Pd.I, S.Pd. (2019:66), dalam Serat Sastra Gending, Sultan Agung mengajarkan falsafah kepemimpinan yang diterapkan selama melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai raja di Kesultanan Mataram.
Dalam prinsip yang dipegang teguh oleh Sultan Agung, falsafah kepemimpinan yang dijalankannya selalu berpedoman pada tujuh amanah utama yaitu:
Swadana maharjeng tursita (seorang pemimpin harus memiliki kemampuan, kekayaan, intelektualita s tinggi, jiujir, dan mampu berkomunikasi dengan baik)
Bahni bahna amurbeng jurit (seorang pemimpin harus lincah dan gesit untuk membina bawahan yang dipimpin)
Rukti setya garba rukmi (pemimpin harus memiliki tekad bulat dalam menghimpun segala potensi)
Sripadnyasih krani (pemimpin harus memiliki tekad kuat dalam menjaga sumber kesucian agama, adat istiadat dan kebudayaan luhur bangsa)
Gaugana hasta (pemimpin harus mengembangkan seni untuk mengisi peradaban bangsa)
Stiranggana cita (pemimpin harus berperan sebagai pelestari dan pengembang kesenian, ilmu pengetahuan dan membawa kebahagiaan bagi masyarakat)
Smara bhumi adi manggala (seorang pemimpin harus bertekad mempertahankan tanah air dan pemersatu perbedaan)
Dengan adanya falsafah tersebut Sultan Ageng dikenal memiliki sikap kepemimpinan yang tegas, memiliki semangat juang tinggi dan adil dengan masyarakat dan pasukan yang dipimpinnya.
Demikian penjelasan mengenai bagaimana sikap kepemimpinan dari Sultan Agung. Ulasan ini dapat membantu menambah wawasan tentang sejarah dan peranan para pahlawan Indonesia dalam melawan penjajahan. (DAP)