Ilmuwan China berhasil mengembangkan inovasi baru dalam dunia penerbangan, dengan menghadirkan material beton super ringan yang mampu menghentikan pesawat. Dijuluki beton "marshmallow" atau "marshmallow concrete", beton ini diklaim bisa menghentikan pesawat dengan berat ratusan ton secara lembut saat pendaratan darurat.
Dilansir China Daily, beton ini dikembangkan oleh tim gabungan dari China Building Materials Academy (CBMA), China Academy of Civil Aviation Science and Technology, serta perusahaan teknologi terkait di Beijing.
Inovasi ini baru saja meraih penghargaan inovasi tingkat kedua dari Federasi Bahan Bangunan China, seperti dilaporkan Science and Technology Daily.
Ilustrasi ban pesawat. Foto: frank_peters/Shutterstock
Walau tampak seperti beton biasa, material ini memiliki porositas lebih dari 80 persen dan berat hanya 200 kg per meter kubik atau sekitar sepersepuluh dari beton biasa.
Struktur uniknya membuat beton ini hancur secara terkendali saat tertabrak pesawat, sehingga secara bertahap menyerap energi dan memperlambat laju pesawat tanpa menyebabkan kerusakan ekstrem.
"Bentuknya keras, tapi saat terkena benturan akan hancur perlahan, seperti peredam yang aman," jelas Fang Jun, Insinyur R&D dari CBMA.
Selama ini, area pengaman di ujung landasan (Runway End Safety Area/RESA) menggunakan kolam air, tanah, atau rumput. Namun, solusi tradisional ini bermasalah saat musim dingin yang rentan terhadap cuaca, dan tidak stabil secara mekanik.
"Misalnya, kolam air cenderung membeku di musim dingin dan menarik hewan, sementara permukaan tanah sangat sensitif terhadap kelembapan dan suhu lingkungan, dengan sifat mekanis yang tidak stabil," kata Fang.
Beton ringan ini menjadi jawaban modern yang lebih aman dan tahan cuaca.
Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), RESA minimal harus memiliki panjang 90 meter dari ujung landasan. Dengan "marshmallow concrete", ruang itu bisa dioptimalkan tanpa memerlukan perubahan besar infrastruktur.
Pesawat Air China Airbus Boeing 747-8 bersiap mendarat di Bandara Internasional Capital, Beijing, China, Selasa (22/10/2024). Foto: Adek Berry/AFP
Menggunakan Boeing 747 sebagai contoh, ia menjelaskan bahwa beton busa yang digunakan untuk ketahanan benturan harus dijaga dalam rentang kekuatan presisi 0,30 hingga 0,35 megapascal, atau berkebalikan dari prinsip umum beton konvensional yang mengutamakan kekuatan tinggi. Hal ini diperlukan agar beton cukup rapuh untuk hancur terkontrol dan menyerap energi pesawat.
"Untuk beton busa biasa, kekuatan yang lebih tinggi biasanya lebih baik. Namun, material kami beroperasi di bawah persyaratan kekuatan yang lebih rendah, dengan rentang fluktuasi yang sangat sempit," kata Fang.
Proses pembuatannya seperti "meniup gelembung" ke dalam campuran beton. Untuk menjaga kestabilan gelembung tersebut, tim peneliti mengembangkan agen pembuih khusus berbasis rosin, yang membentuk lapisan pelindung kuat di sekitar gelembung beton.
Tahan Lama dan Lebih Terjangkau
Ilustrasi Bandara. Foto: Shutterstock
Berbeda dengan teknologi luar negeri yang menggunakan semen mahal seperti calcium sulfoaluminate, versi buatan China memakai semen biasa yang lebih murah, sehingga cocok digunakan bahkan oleh bandara kecil berbiaya terbatas.
Dengan sistem penguatan bertahap yang mengimbangi degradasi lingkungan, daya tahan beton ini sudah terbukti. Sistem ini telah digunakan di 14 bandara di seluruh China, termasuk di daerah ekstrem seperti Nyingchi, Tibet, dan menunjukkan fluktuasi kekuatan hanya 3 persen selama setahun, jauh di bawah batas toleransi desain 10 persen.
"Setiap komponen dirancang agar pesawat bisa berhenti aman, tanpa menimbulkan kerusakan besar atau risiko tambahan bagi penumpang," tutup Fang Jun.