Apr 21st 2024, 00:25, by Ochi Amanaturrosyidah, kumparanNEWS
Politisi sekaligus pakar telematika dan mantan Menpora, Roy Suryo, dkk meluncurkan film Dirty Election di Youtubepada hari ini, Sabtu (20/4). Film yang dibagi menjadi delapan bagian itu masing-masing menampilkan kesaksian sejumlah tokoh yang memaparkan dugaan kecurangan di Pilpres 2024.
Video pertama diawali dengan pemaparan Roy Suryo yang menyoroti penggunaan microphone saat Debat Pilpres Kedua. Roy Suryo sebelumnya memang pernah menuding cawapres 02, Gibran Rakabuming Raka, berbuat curang karena menggunakan tiga microphone saat debat.
"Semua berawal dari alat ini. Ketika pertama kali alat ini dipakai, mungkin orang Indonesia belum ada yang ngeh atau paham bahwa alat ini bisa dipakai sebagai awal dari kata curang," kata Roy Suryo membuka video sambil menunjukkan microphone di tangannya, dikutip Sabtu (20/4).
Roy Suryo menuturkan, alat yang seharusnya digunakan untuk melantangkan suara itu, justru digunakan untuk membantu agar penggunanya bisa berbicara seperti yang didikte oleh orang lain. Ia lalu menunjukkan alat lain, yang ia duga digunakan bersamaan.
"Alat yang harusnya dipakai untuk pelantang, tapi bisa dipakai untuk membantu kita bicara seperti yang disuruh orang," ucapnya.
Ia lalu menyinggung soal data di anomali yang muncul di Sirekap sebelum waktu penghitungan suara. Roy Suryo lalu mempertanyakan juga soal server Sirekap yang berada di luar negeri.
"Banyak kampus-kampus ternama, ada ITB, ada UI, ada UGM yang bisa sediakan itu. Kenapa kita harus di Singapura, tempatnya Alibaba? Ini tidak masuk akal. Dan ketika kami melakukan protes itu, tiba-tiba seperti pencuri mereka memindahkan angka-angka itu dari Singapura ke Jakarta, dan mereka berani bikin konpers," ucap Roy Suryo.
Video tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari sejumlah tokoh lain, termasuk Hairul Anas Suaidi, pakar IT yang juga keponakan Mahfud MD, serta dosen TI Universitas Pasundan, Leony Lidya. Keduanya merupakan saksi ahli yang dihadirkan paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD di sidang Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam video tersebut, Hairul Anas memaparkan soal temuan-temuannya terkait data Sirekap. Ia menyebut data itu ia dapatkan dengan bantuan Robot Tidak Ikhlas yang ia buat sejak Pilpres 2019 lalu.
"Kami membuat Robot Tidak Ikhlas sejak 2019 dan diaktivasi ulang tahun ini," ucap Hairul Anas.
Ada beberapa data di Sirekap yang ia pertanyakan. Salah satunya soal data yang 'hilang' dari pandangan sejak tanggal 6 Maret.
"Sejak tanggal 6 mata kita tidak bisa melihat hasilnya, tapi hanya bisa melihat C1, tabulasinya diagramnya itu sudah tidak ada lagi. Tapi kalau kita menggunakan program, kita baca data di situs KPU dan ternyata masih mengalir terus. sampai terakhir kita dapat 63% data yang lengkap," ungkapnya.
Berikut sembilan video yang diunggah di kanal Dirty Election di Youtube: