Apr 9th 2024, 16:11, by Reza Akbar Bastian, Reza Akbar Bastian
Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang digemari hampir seluruh elemen masyarakat, dari usia muda hingga dewasa. Beberapa tahun terakhir, khususnya pasca pandemi covid-19, minat olahraga semakin meningkat, masyarakat sudah lebih peduli terhadap kondisi kesehatan dan bagaimana agar kesehatannya terjaga sehingga tubuh selalu dalam keadaan sehat dan prima. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat.
Namun demikian, beberapa olahraga juga memiliki risiko untuk mengalami cedera, yang pada tulisan ini akan dibahas terkait dengan cedera kepala akibat olahraga. Menurut sebuah studi, hampir 10% cedera kepala terjadi akibat olahraga, khususnya pada cabang olahraga high impact seperti sepak bola, rugby dan high velocity seperti bersepeda dan lain-lain. Jenis cedera kepala yang paling sering terjadi adalah cedera kepala ringan dan cerebral concussion atau geger otak.
Meskipun cedera kepala ringan ini jarang menyebabkan terjadinya kerusakan otak permanen, namun penting untuk memantau gejala dan segera mencari pertolongan medis jika gejalanya memburuk atau timbul gejala baru.
Bagaimana gejala yang muncul pada cedera kepala akibat olahraga?
Cedera kepala ringan akibat olahraga dapat menimbulkan berbagai gejala, tergantung tingkat kerusakan dan lokasi cederanya. Secara umum, gejala yang sering muncul antara lain nyeri kepala, pusing, dan pandangan kabur. Gejala lain yang dapat muncul berupa kebingungan, pusing, gangguan memori, gangguan kognitif, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan, mual atau muntah, sakit kepala, dan hilangnya tonus otot.
Kapan harus mencari pertolongan ke pusat kesehatan terdekat?
Ketika mengalami cedera kepala ringan atau geger otak, seringkali seseorang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami keluhan akibat benturan tersebut. Pemantauan dan pengawasan gejala yang timbul menjadi suatu hal yang sangat penting agar segera mencari pertolongan medis jika kondisi secara umum semakin memburuk atau jika muncul gejala baru. Apabila terjadi benturan dan menyebabkan cedera kepala ringan saat melakukan suatu pertandingan olahraga, protokol untuk evaluasi pemain tersebut dapat dilakukan dengan Sideline Assessment Concussion Tool (SCAT) atau Concussion Recognition Tool (CRT5). Jika ada gejala gegar otak yang dialami, pemain tersebut harus segera diberhentikan dari permainan untuk mendapatkan pertolongan medis dan tidak diperbolehkan kembali ke lapangan permainan sampai secara medis dinyatakan bersih untuk melakukannya (return to play).
Bagaimana proses pemulihan terkait cedera kepala ringan akibat olahraga?
Pada cedera kepala ringan pemulihan biasanya terjadi dalam jangka waktu 30 hingga 90 hari, dengan kebanyakan orang pulih dari gegar otak dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, beberapa orang mungkin mengalami efek jangka panjang, seperti kelelahan, gangguan kognitif, sakit kepala, dan depresi. Penting untuk memantau gejalanya dan mencari pertolongan medis jika gejalanya memburuk atau jika timbul gejala baru.
Apa dampak jangka panjang terkait cedera kepala ringan akibat olahraga?
Dampak jangka panjang dari cedera kepala ringan akibat olahraga dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan cedera dan respons individu terhadap pengobatan. Beberapa kemungkinan efek jangka panjang meliputi:
• Gangguan memori
• Nyeri kepala
• Pusing
• Gangguan penglihatan
• Gangguan keseimbangan
• Gangguan berbahasa
• Kelelahan
• Perubahan suasana hati
• Kelumpuhan
• Kejang
Kapan waktu yang tepat untuk berolahraga kembali pasca cedera kepala ringan?
Waktu yang tepat untuk kembali bermain setelah gegar otak adalah ketika pemain telah pulih sepenuhnya pasca melalui protokol latihan bertahap return to play. Seorang pemain tidak boleh kembali bermain sampai gejalanya benar-benar hilang, baik saat istirahat maupun saat berolahraga atau beraktivitas.
Proses ini biasanya dimulai dengan istirahat beberapa hari, diikuti dengan aktivitas ringan seperti berjalan kaki, dilanjutkan secara bertahap berkembang menjadi latihan risiko rendah dan non-kontak seperti berlari, berenang, bersepeda stasioner, kemudian secara bertahap kembali latihan kontak penuh, dan terakhir, kompetisi.
Penting untuk mengikuti panduan dari penyedia layanan kesehatan, yang akan menilai gejala pemain dan menentukan kapan waktu yang aman untuk kembali bermain. Dalam kebanyakan kasus, dokter harus memberikan izin tertulis kepada anak-anak dan remaja untuk memulai aktivitas dan kembali berolahraga, dan orang dewasa juga disarankan untuk mencari petunjuk dokter sebelum melanjutkan aktivitas fisik.