Mar 30th 2024, 13:55, by Nur Khafifah, kumparanMOM
Ibu menyusui termasuk salah satu golongan yang mendapatkan keringanan untuk tidak menjalani puasa Ramadan. Sebagai gantinya, ibu bisa mengganti puasa di lain waktu setidaknya setelah anak selesai menyusu eksklusif.
Moms, para ulama menyebut ibu menyusui tergolong sebagai orang yang sakit atau tidak dalam kondisi kesehatan yang prima. Mengingat energi ibu cukup terkuras untuk menyusui si kecil. Selain itu, kualitas dan kuantitas ASI juga sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi ibu.
Tapi sebetulnya bagaimana dari segi medis? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Riset soal Pengaruh Puasa bagi Ibu Menyusui
Pada penelitian yang dipublikasikan di National Library of Medicine pada 2006, para peneliti menemukan dampak signifikan pada nutrisi ASI ibu yang berpuasa.
Penelitian ini melibatkan 21 ibu menyusui usia 17-38 tahun yang berpuasa penuh selama bulan Ramadan. Usia bayi mereka antara 2 hingga 5 bulan. Penelitian dilakukan pada bulan Ramadan dan 2 minggu setelah akhir Ramadan.
Hasilnya, menunjukkan bahwa selama bulan Ramadan, kadar zinc, magnesium, dan potasium pada ASI mengalami penurunan yang signifikan (P<0,05). Berat badan ibu bertambah kurang lebih 1 kg setelah Ramadan.
Perubahan indeks massa tubuh ibu tidak signifikan secara statistik. Penurunan signifikan pada asupan vitamin A diamati setelah Ramadan (P <0,05). Selama bulan Ramadan, asupan energi dan sebagian besar nutrisi kecuali protein dan vitamin A dan C ditemukan di bawah rekomendasi asupan harian yang diperlukan untuk wanita menyusui.
Kesimpulannya, puasa Ramadan tidak berpengaruh signifikan terhadap komposisi makronutrien ASI dan pertumbuhan bayi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada beberapa zat gizi mikro seperti seng, magnesium, dan kalium.
Status gizi ibu menyusui dipengaruhi oleh puasa Ramadan. Semua asupan nutrisi (kecuali vitamin A, E dan C) menurun selama Ramadan.
"Oleh karena itu, akan lebih bijaksana jika wanita menyusui tidak berpuasa selama bulan Ramadan," sebut para peneliti.